Sampah plastik menjadi salah satu biang keladi penyebab banjir di wilayah perkotaan. Perlu cara jitu untuk mengurangi jumlah sampah plastik. Salah satunya dengan mengolah sampah plastik menjadi produk kerajinan tangan yang unik. Hal inilah yang dilakukan Retno Hapsari. Bersama temannya, dia mengolah sampah plastik menjadi produk kerajinan berupa tas.Sampah merupakan salah satu masalah pelik yang tiap hari dihadapi masyarakat di negeri ini. Kendati berbagai jenis sampah bisa diolah menjadi barang yang bermanfaat, sampah menjadi pemicu terjadinya bencana alam. Misalnya, banjir. Belakangan ini, volume sampah di wilayah perkotaan kian menggunung. Sampah itu terutama berasal dari limbah rumah tangga. Jenis limbah yang paling banyak dihasilkan dari rumahtangga adalah sampah plastik. Seperti kita tahu, sampah berbahan plastik sangat sulit diolah, apalagi dihancurkan hingga musnah. Sementara itu, plastik juga menimbulkan pencemaran lingkungan bila dibakar atau diolah secara sembarangan. Beruntung, di negeri ini masih banyak orang yang memiliki tingkat kesadaran tinggi terhadap lingkungan sekitar. Dengan kreativitas yang dimilikinya, sampah plastik bisa diolah menjadi beragam produk yang bermanfaat. Hal inilah yang dilakoni Retno Hapsari. Melalui organisasi nirlaba bernama XS Project yang berdiri sejak 2002, dia mengolah sampah plastik di Jakarta menjadi berbagai produk kerajinan tangan. Retno merintis pendirian XS Project bersama seorang seniman asal Amerika Serikat bernama Ann Wizer. Wizer adalah seniman yang menggunakan sampah sebagai media seni. Saat berkunjung ke Indonesia, dia melihat banyak sampah plastik yang berserakan di jalanan. Bahkan, sampai menyumbat saluran air.Tak tahan melihat kondisi tersebut, suatu ketika Wizer bersama Retno mengunjungi sebuah perkampungan pengumpul sampah di Jakarta. Dari situ, mereka memutar otak mencari cara mengurangi volume sampah plastik. Akhirnya, mereka memilih mengolahnya menjadi barang yang berguna dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan para pemulung. "Misi utamanya menggerakkan kesadaran manusia terhadap sampah di lingkungan sekitarnya," ujar Retno. Tanpa sokongan penyandang dana, duet ini memutuskan membeli kemasan plastik yang hampir seluruhnya berasal dari para pemulung yang berlokasi di Terogong dan Cirendeu, Pondok Cabe, Tangerang. Setelah beberapa kali melakukan percobaan, akhirnya, Retno dan Ann Wizer berhasil menciptakan produk kerajinan tangan dari sampah plastik. Salah satunya adalah produk tas yang disebut tote bag. Bentuknya mirip tas jinjing yang biasa digunakan kaum wanita. Tas ini berbahan dasar plastik kemasan bekas produk pembersih atau pewangi pakaian. Sayang, sebagian masyarakat kita masih memandang sebelah mata produk kerajinan yang terbuat dari bahan limbah. "Makanya 90% pembeli tas kami berasal dari luar negeri," ujar Retno. Tapi, seiring dengan gencarnya sosialisasi gerakan cinta lingkungan hidup yang kerap digaungkan oleh berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM), pandangan miring itu mulai memudar. Kini, XS Project telah menjalin kerjasama dengan ratusan pemulung di sekitar Jakarta Selatan untuk mengamankan pasokan bahan baku. Sebab, mayoritas kemasan plastik yang digunakan sebagai bahan baku dikonsumsi oleh konsumen kelas menengah ke atas. "Paling utama kami cari di daerah dekat lingkungan kami dulu, karena banyak perumahan kelas menengah," ujar Retno. XS Project mengambil kemasan plastik pilihan seharga Rp 6.000 sampai Rp 6.500 per kilogram (kg). Ini lebih tinggi dari harga beli sampah yang diterima para pemulung dari pengepul sebesar Rp 5.000 per kg. Selain kemasan plastik, XS Project juga mengolah material bekas spanduk, baliho, dan jok kendaraan bermotor. "Pasokan bahan baku spanduk dan jok bekas didapat dari kerjasama kami dengan divisi CSR sejumlah perusahaan," imbuh Retno. Setelah masuk ke unit produksi XS Project yang berlokasi di Cilandak, limbah kemasan plastik dipilah-pilah berdasarkan tingkat kecacatannya. "Kalau kemasan sudah robek atau berlubang, susah diprosesnya," ujar Retno.Kemasan yang layak selanjutnya akan dicuci dengan cairan disinfektan. Ini supaya steril dari kuman atau bakteri berbahaya.Tahap berikutnya adalah menjemur kemasan di bawah cahaya matahari agar bau kemasan itu hilang. "Sebelum dipotong-potong sesuai dengan desain produk, akan kami pilih kembali berdasarkan warna," kata Retno.Kini, portofolio produk XS Project tak hanya tote bag. Ada tas punggung, tas laptop, tas selempang, wadah pensil, dompet koin, dompet kartu nama, tas kecantikan, tas cooller box, hingga tas gitar. Tiap produk dibanderol pada rentang harga Rp 30.000 hingga Rp 480.000.XS Project mengutamakan penjualan produknya ke pasar luar negeri. Mereka mempunyai distributor di beberapa negara. Antara lain, Kanada, Amerika Serikat, Belanda, Australia, dan Singapura. Kendati menyasar pasar ekspor, XS Project tak melupakan pasar domestik. Pelanggan yang berminat memiliki produk tote bag, bisa membelinya di salah satu gerai di alun-alun Grand Indonesia, Jakarta. Retno mengaku meraup Rp 40 juta sebulan dari hasil penjualan tote bag ke pasar luar negeri. "Kalau penjualan domestik rata-rata hanya sebesar Rp 30 juta sampai Rp 35 juta," imbuhnya. Selain untuk membeli bahan baku, ia memakai uang hasil penjualan untuk membayar sekitar 15 pekerja. Selain itu, ia memakainya untuk biaya pendidikan sekitar 25 anak pemulung. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Retno sulap sampah plastik jadi produk yang menjual
Sampah plastik menjadi salah satu biang keladi penyebab banjir di wilayah perkotaan. Perlu cara jitu untuk mengurangi jumlah sampah plastik. Salah satunya dengan mengolah sampah plastik menjadi produk kerajinan tangan yang unik. Hal inilah yang dilakukan Retno Hapsari. Bersama temannya, dia mengolah sampah plastik menjadi produk kerajinan berupa tas.Sampah merupakan salah satu masalah pelik yang tiap hari dihadapi masyarakat di negeri ini. Kendati berbagai jenis sampah bisa diolah menjadi barang yang bermanfaat, sampah menjadi pemicu terjadinya bencana alam. Misalnya, banjir. Belakangan ini, volume sampah di wilayah perkotaan kian menggunung. Sampah itu terutama berasal dari limbah rumah tangga. Jenis limbah yang paling banyak dihasilkan dari rumahtangga adalah sampah plastik. Seperti kita tahu, sampah berbahan plastik sangat sulit diolah, apalagi dihancurkan hingga musnah. Sementara itu, plastik juga menimbulkan pencemaran lingkungan bila dibakar atau diolah secara sembarangan. Beruntung, di negeri ini masih banyak orang yang memiliki tingkat kesadaran tinggi terhadap lingkungan sekitar. Dengan kreativitas yang dimilikinya, sampah plastik bisa diolah menjadi beragam produk yang bermanfaat. Hal inilah yang dilakoni Retno Hapsari. Melalui organisasi nirlaba bernama XS Project yang berdiri sejak 2002, dia mengolah sampah plastik di Jakarta menjadi berbagai produk kerajinan tangan. Retno merintis pendirian XS Project bersama seorang seniman asal Amerika Serikat bernama Ann Wizer. Wizer adalah seniman yang menggunakan sampah sebagai media seni. Saat berkunjung ke Indonesia, dia melihat banyak sampah plastik yang berserakan di jalanan. Bahkan, sampai menyumbat saluran air.Tak tahan melihat kondisi tersebut, suatu ketika Wizer bersama Retno mengunjungi sebuah perkampungan pengumpul sampah di Jakarta. Dari situ, mereka memutar otak mencari cara mengurangi volume sampah plastik. Akhirnya, mereka memilih mengolahnya menjadi barang yang berguna dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan para pemulung. "Misi utamanya menggerakkan kesadaran manusia terhadap sampah di lingkungan sekitarnya," ujar Retno. Tanpa sokongan penyandang dana, duet ini memutuskan membeli kemasan plastik yang hampir seluruhnya berasal dari para pemulung yang berlokasi di Terogong dan Cirendeu, Pondok Cabe, Tangerang. Setelah beberapa kali melakukan percobaan, akhirnya, Retno dan Ann Wizer berhasil menciptakan produk kerajinan tangan dari sampah plastik. Salah satunya adalah produk tas yang disebut tote bag. Bentuknya mirip tas jinjing yang biasa digunakan kaum wanita. Tas ini berbahan dasar plastik kemasan bekas produk pembersih atau pewangi pakaian. Sayang, sebagian masyarakat kita masih memandang sebelah mata produk kerajinan yang terbuat dari bahan limbah. "Makanya 90% pembeli tas kami berasal dari luar negeri," ujar Retno. Tapi, seiring dengan gencarnya sosialisasi gerakan cinta lingkungan hidup yang kerap digaungkan oleh berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM), pandangan miring itu mulai memudar. Kini, XS Project telah menjalin kerjasama dengan ratusan pemulung di sekitar Jakarta Selatan untuk mengamankan pasokan bahan baku. Sebab, mayoritas kemasan plastik yang digunakan sebagai bahan baku dikonsumsi oleh konsumen kelas menengah ke atas. "Paling utama kami cari di daerah dekat lingkungan kami dulu, karena banyak perumahan kelas menengah," ujar Retno. XS Project mengambil kemasan plastik pilihan seharga Rp 6.000 sampai Rp 6.500 per kilogram (kg). Ini lebih tinggi dari harga beli sampah yang diterima para pemulung dari pengepul sebesar Rp 5.000 per kg. Selain kemasan plastik, XS Project juga mengolah material bekas spanduk, baliho, dan jok kendaraan bermotor. "Pasokan bahan baku spanduk dan jok bekas didapat dari kerjasama kami dengan divisi CSR sejumlah perusahaan," imbuh Retno. Setelah masuk ke unit produksi XS Project yang berlokasi di Cilandak, limbah kemasan plastik dipilah-pilah berdasarkan tingkat kecacatannya. "Kalau kemasan sudah robek atau berlubang, susah diprosesnya," ujar Retno.Kemasan yang layak selanjutnya akan dicuci dengan cairan disinfektan. Ini supaya steril dari kuman atau bakteri berbahaya.Tahap berikutnya adalah menjemur kemasan di bawah cahaya matahari agar bau kemasan itu hilang. "Sebelum dipotong-potong sesuai dengan desain produk, akan kami pilih kembali berdasarkan warna," kata Retno.Kini, portofolio produk XS Project tak hanya tote bag. Ada tas punggung, tas laptop, tas selempang, wadah pensil, dompet koin, dompet kartu nama, tas kecantikan, tas cooller box, hingga tas gitar. Tiap produk dibanderol pada rentang harga Rp 30.000 hingga Rp 480.000.XS Project mengutamakan penjualan produknya ke pasar luar negeri. Mereka mempunyai distributor di beberapa negara. Antara lain, Kanada, Amerika Serikat, Belanda, Australia, dan Singapura. Kendati menyasar pasar ekspor, XS Project tak melupakan pasar domestik. Pelanggan yang berminat memiliki produk tote bag, bisa membelinya di salah satu gerai di alun-alun Grand Indonesia, Jakarta. Retno mengaku meraup Rp 40 juta sebulan dari hasil penjualan tote bag ke pasar luar negeri. "Kalau penjualan domestik rata-rata hanya sebesar Rp 30 juta sampai Rp 35 juta," imbuhnya. Selain untuk membeli bahan baku, ia memakai uang hasil penjualan untuk membayar sekitar 15 pekerja. Selain itu, ia memakainya untuk biaya pendidikan sekitar 25 anak pemulung. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News