Return Lokal Tipis, Investor China Menyerbu Reksa Dana Offshore di Hong Kong



KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Investor China membeli sejumlah besar produk reksa dana Hong Kong yang berinvestasi di luar negeri, khususnya obligasi. Penyerbuan aset investasi ini terjadi setelah otoritas memperluas saluran perdagangan lintas batas bulan ini. Otoritas China juga membuka jalan bagi mereka untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

Beberapa reksa dana yang terdaftar di Hong Kong dan diizinkan untuk memasarkan produk kepada investor daratan terjual habis dalam waktu 24 jam sejak pembukaan pendaftaran pada awal tahun, menurut laporan manajer investasi.

Reksa dana tersebut telah dibuka kembali untuk pendaftaran dalam seminggu terakhir setelah China melonggarkan batasan untuk reksa dana Hong Kong yang disetujui untuk dijual di daratan dengan skema Mutual Recognition of Funds (MRF).


China menaikkan kuota penjualan hingga maksimum 80% dari total aset reksa dana mulai 1 Januari dari batas sebelumnya 50%.

Baca Juga: Masuk BRICS, Indonesia Dapat Peluang Besar Raih Investasi China

Kegilaan investasi tersebut menunjukkan permintaan yang terpendam di China untuk investasi luar negeri pada saat imbal hasil obligasi mencapai rekor terendah di dalam negeri. Yuan berada pada level terendah dalam 16 bulan dan pasar saham China sedang tertekan.

"Kami telah melihat permintaan yang kuat untuk alokasi dana luar negeri, mengingat kinerja pasar luar negeri yang lebih baik dalam dua tahun terakhir," kata Niki Wu, analis riset senior di Morningstar, yang berkantor pusat di Shenzhen seperti dikutip Reuters.

Dana yang berfokus pada obligasi negara Amerika Serikat (AS) US Treasury dan obligasi lainnya tampak paling populer di kalangan investor.

Dua reksadana pendapatan tetap yang dikelola oleh JPMorgan, yakni JPMorgan Global Bond Fund dan JPMorgan Asian Total Return Bond Fund, harus menangguhkan subscription atau pembelian reksa dana oleh investor daratan minggu ini setelah mendekati batasnya.

Baca Juga: Bank Sentral China Beli Lebih Banyak Emas, Ini Alasannya

Pekan lalu, Select Fixed Income Allocation Fund milik ChinaAMC dan Select Bond Fund milik E Fund (HK) mendapati kuota baru mereka telah habis pada hari pertama dimulainya kembali penerimaan subscription.

Wu mengatakan, penurunan cepat dalam imbal hasil obligasi baru-baru ini telah menyebabkan permintaan aset.

Imbal hasil obligasi pemerintah China 10 tahun telah turun lebih dari 100 basis poin dalam setahun. Saat ini, yield obligasi negara China berada di bawah 1,6%. Selisih antara obligasi negara China dan US Treasury bertenor sama mencapai angka yang terlebar dalam 24 tahun.

"Sangat sulit menemukan aset dengan imbal hasil yang relatif tinggi dan risiko yang rendah," kata Wu.

Baca Juga: Pasar Obligasi Kuat Selama 2024 Didukung Performa Obligasi Pemerintah

Pertama kali diperkenalkan pada tahun 2015, MRF telah lama menjadi skema yang relatif khusus karena pembatasan penggalangan dana.

Hingga akhir November, total ada 41 reksa dana Hong Kong yang berpartisipasi, menurut data resmi. Penjualan agregat mencapai 41,5 miliar yuan (US$ 5,66 miliar), lonjakan 138% dibandingkan dengan akhir tahun 2023.

Ivan Shi, kepala penelitian di konsultan dana Z-Ben Advisors, menggambarkan MRF sebagai "katup pelepas", mengingat kelangkaan kuota dalam program Qualified Domestic Institutional Investor (QDII), yang merupakan saluran investasi keluar utama China.

Dengan kuota penjualan dana keseluruhan sebesar 300 miliar yuan yang tersedia bagi investor daratan, skema MRF siap menarik lebih banyak dana global.

"Beberapa perusahaan global, yang sebelumnya sama sekali tidak tertarik dengan skema ini, telah mulai menggarapnya," kata Wong.

Selanjutnya: Mendag Busan & Menko Pangan Tinjau Pasar di Sidoarjo, Pastikan Harga Bapok Stabil

Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (9/1): Dari Berawan Hingga Hujan Petir

Editor: Wahyu T.Rahmawati