Return obligasi 2014 mencapai 12,6%



JAKARTA. Kinerja pasar obligasi sepanjang 2014 kian kinclong. Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mencatat, total return pasar obligasi Indonesia atau INDOBex Composite Total Return tahun 2014 mencapai 12,6%, dari level 156,223 menjadi 175,893.

Kinerja tersebut lebih baik dibandingkan total return obligasi tahun 2013 lalu yang minus 10% dari 163,536 menjadi 147,189. Return obligasi ini dihitung dari capital gain akibat perubahan harga dan perolehan kupon obligasi.

Sepanjang 2014, return obligasi pemerintah atau INDOBeXG-Total Return mencapai 12,9% dari level 154,663 ke level 174,614. Adapun yield obligasi pemerintah turun 20,2 basis poin hingga 67,7 basis poin untuk tenor 1 hingga 30 tahun pada periode tersebut. "Sementara itu, total return obligasi korporasi atau INDOBeXC-Total Return mencapai 10,9% dari 161,247 menjadi 178,861 pada 2014," kata Wahyu Trenggono, Direktur IBPA akhir pekan lalu.


Di sisi lain, rata-rata volume perdagangan obligasi pemerintah di 2014 meningkat  49,01% year on year (yoy) menjadi Rp 10,2 triliun per hari. Rata-rata total frekuensi harian juga naik menjadi 577 kali per hari di 2014, dibandingkan 2013 lalu yang sebesar 453 kali per hari.

Sebaliknya, rata-rata volume obligasi korporasi turun sebesar 9,77% yoy dari Rp 748 miliar per hari menjadi Rp 675 miliar per hari pada 2014. Rata-rata frekuensi harian naik dari 81 kali per hari pada 2013 menjadi 88 kali per hari di tahun 2014.

IBPA mencatat FR0068 menjadi obligasi yang paling aktif diperdagangkan pada 2014 dengan total frekuensi sebanyak 19.307 dan volume sebesar Rp 303,4 triliun. Obligasi dengan volume transaksi terbesar dipegang oleh FR0070 dengan nominal mencapai Rp 461,8 triliun.

Sedangkan di jajaran obligasi korporasi, Obligasi Berkelanjutan I Agung Podomoro Land Tahap I Tahun 2013 (APLN01CN1) menjadi obligasi teraktif diperdagangkan dengan total frekuensi sebanyak 389 transaksi dan volume sekitar  Rp 1,1 triliun. Total volume terbesar diraih oleh Obligasi Surya Semesta Internusa I Tahun 2012 Seri B (SSIA01B) yakni sebesar Rp 3,6 triliun.

Membaiknya kinerja pasar obligasi tahun 2014 dipicu oleh membanjirnya dana asing di pasar surat berharga negara (SBN) domestik yang melonjak 42% dari Rp 323,8 triliun di akhir 2013 menjadi Rp 460,1 triliun per tanggal 24 Desember 2014.

Kendati demikian, pada Desember terjadi capital outflow akibat ekspektasi lebih cepatnya kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed dibandingkan rencana awal. Kondisi ini ikut mendorong penguatan mata uang dollar AS terhadap mata uang negara lain termasuk Indonesia.

Prospek 2015

Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto memperkirakan, pasar obligasi tahun 2015 masih akan dibayangi volatilitas. Akibatnya, total return berinvestasi di obligasi pemerintah terancam turun menjadi sekitar 9% hingga 10%. Tingginya volatilitas lantaran belum adanya kepastian kenaikan suku bunga oleh The Fed.

Secara historis, target penerbitan surat berharga negara ( SBN) tahun 2015 sebesar Rp 226 triliun terbilang relatif tinggi. Padahal, aliran dana asing atau capital inflow tahun ini diperkirakan susut akibat normalisasi suku bunga AS serta kenaikan yield surat utang AS atau US treasury. "Sehingga, seberapa besar nantinya investor domestik mampu menyerap SBN akan mempengaruhi pasar obligasi," kata Handy.

Ia memperkirakan, yield US Treasury tahun ini akan berkisar 3% dari posisi saat ini yang berada di level 2,5%. Sedangkan yield surat utang negara (SUN) bertenor 10 tahun akan naik menjadi 8,3% dari tahun lalu 8,2%. Yield obligasi tenor 20 tahun diperkirakan naik menjadi 9% dibandingkan tahun lalu di kisaran 8,9%.

Handy mengatakan, investasi di obligasi masih menarik. Faktor domestik seperti inflasi yang lebih rendah dari tahun 2014 serta perbaikan kurs rupiah terhadap dollar Amerika akan membawa sentimen positif ke pasar obligasi.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia