Return Obligasi di Indonesia Berpotensi Naik di 2024, Ini Pendorongnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pefindo memproyeksikan return obligasi di Indonesia bisa naik pada tahun depan. Ini seiring ekspektasi penurunan suku bunga The Fed di 2024.

Fixed Income Analyst Pefindo Ahmad Nasrudin mengatakan, dalam pertemuan terakhir tahun ini, The Fed mengindikasikan penurunan suku bunga tiga kali di tahun depan. Dari data terakhir, the Fed memproyeksikan suku bunga turun menjadi 4,6% dari saat ini di 5,5%.

Sementara dari domestik, Bank Indonesia (BI) belum memberikan sinyal kapan akan menurunkan suku bunga. 


Baca Juga: Selisih Yield SBN dan US Treasury 10 Tahun Melebar, Dana Asing Berpotensi Masuk RI

"Dari konsensus Bloomberg, BI diekspektasikan akan menurunkan suku bunga hingga 5,5% di semester kedua atau akhir tahun," ujarnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (16/12).

Dari sisi return, Ahmad mengharapkan persentasenya akan berkisar antara 6%-9% di tahun depan. Sebab pihaknya melihat kinerja di pasar domestik cukup bagus sepanjang 2023, di tengah sentimen negatif eksternal yang masih kuat akibat berlanjutnya kenaikan suku bungadan meningkatnya risiko geopolitik.

Dipaparkan, di antara obligasi mata uang lokal di Asia, sebagaimana terindikasi dari indeks ALBI, pasar domestik mengantarkan pengembalian 7,3% sejak awal tahun hingga per 30 November 2023. 

Persentase tersebut merupakan yang tertinggi di antara beberapa negara Asia seperti Filippina sebesar 6,9%, India 6,7%, dan Malaysia 5,6%.

Baca Juga: Otorita IKN Bakal Terbitkan Obligasi, Begini Penjelasannya

Sebagai tambahan, meski naik, kenaikan yield 10 tahun Indonesia juga relatif lebih rendah daripada negara Asia lainnya. 

Per November 2023, yield 10 tahun naik 28 bps year to date (YtD), lebih rendah daripada Singapura sebesar 172 bps, Filipina 162 bps, India 80 bps, dan Thailand 54 bps.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi