Return obligasi RI jatuh makin dalam



JAKARTA. Harga surat utang berdenominasi rupiah yang diterbitkan di dalam negeri anjlok paling dalam dibandingkan harga surat utang di negara kawasan Asia Timur sepanjang semester-I 2013.

Berdasarkan laporan Asian Development Bank (ADB), pada periode tersebut return obligasi Indonesia terkoreksi 17,8%. Penurunan return  terjadi karena harga obligasi tertekan,  sehingga capital gain yang diperoleh investor menjadi berkurang.

Return obligasi di negara lain juga mengalami koreksi. Return obligasi Singapura, misalnya, tercatat turun 7,8%, dan Malaysia turun 5,8%. Hanya Filipina dan China saja yang memberikan return positif  masing-masing sebesar 7,5% dan 3,1% pada periode yang sama.  


Iwan Jaya Azis, Head of ADB's Office of Regional Economic Integration mengatakan, sepanjang periode tersebut, risiko pasar obligasi negara Asia Timur meningkat seiring kebijakan pengetatan moneter Amerika Serikat (AS). Selain itu melambatnya pertumbuhan ekonomi di Asia, serta keluarnya modal asing dari negara emerging market juga menekan pasar obligasi. Pertumbuhan penerbitan obligasi mata uang lokal di Asia Timur juga melambat akibat biaya penerbitan obligasi yang membengkak seiring permintaan imbal hasil alias yield yang meningkat.

Kini, harga obligasi mulai kembali pulih. Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mencatat, return obligasi pemerintah Indonesia terkoreksi 13,2% sejak awal tahun hingga 1 Oktober 2013 (year to date). Adapun return sukuk terkoreksi 7,19% year to date.

Hanya obligasi korporasi yang mencatat return positif 0,95%. Jika digabung, return obligasi tercatat terkoreksi 10,86%. "Namun, pasokan surat utang negara (SUN) yang mulai minim bisa menjadi angin segar bagi pasar obligasi domestik," ujar analis IBPA, Fakhrul Aufa.

Subhan Noor, Kepala Sub Direktorat Pengembangan Pasar Surat Utang Negara (SUN) Kementerian Keuangan merinci, total realisasi penerbitan SUN hingga akhir September 2013 mencapai Rp 250,619 triliun atau 75,5% dari target pemerintah sebesar Rp 331,78 triliun. Dengan begitu, total SUN yang masih akan diterbitkan pemerintah mencapai Rp 81 triliun. Dari total tersebut, senilai Rp 79 triliun dalam bentuk SUN dan Rp 2 triliun berupa sukuk.    

Agus Galih, Kepala Sub Direktorat Pengelolaan Portofolio SUN Kemkeu bilang,  saat ini harga obligasi sudah menyesuaikan (price in) dengan kondisi bila program stimulus AS dikurangi, sehingga tekanan di pasar obligasi tidak akan besar lagi.          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini