JAKARTA. Harga obligasi dan saham yang melandai menggerus imbal hasil reksadana campuran. Mengutip data PT Infovesta Utama, rata-rata imbal hasil reksadana campuran selama Agustus adalah minus 3,82%. Angka itu lebih besar dibanding penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yaitu 1,98%. Imbal hasil reksadana campuran juga lebih buruk daripada Infovesta Government Bond Index (IGBI),
benchmark kinerja obligasi, yang hanya turun 1,37%. Imbal hasil reksadana campuran selama Januari-Agustus 2012 pun tertahan di angka 2,49%. Hanya lima reksadana campuran yang mampu mencatatkan imbal hasil positif selama Agustus (lihat tabel). Sedangkan sisanya, merugi.
Salah satu produk yang mampu memberi imbal hasil adalah Danamas Fleksi, racikan Sinarmas Asset Management. Reksadana itu memberi
return terbaik di bulan lalu, yaitu 0,66%. Reksadana Mega Dana Syariah yang dikelola Mega Capital Investama juga menghasilkan
return di bulan lalu. Produk itu memberi
return 0,1% untuk Agustus, dan 2,94% sepanjang tahun kalender. Sugeng Sugiharto, Direktur Mega Capital Investama, menjelaskan, produk syariah itu menempatkan mayoritas dananya di obligasi negara syariah atau sukuk. Strategi ini diharap bisa menghindari gejolak pasar saham. Pergerakan harga obligasi syariah tidak terlalu fluktuatif. Penyebabnya adalah likuiditas yang masih minim. Saat ini, Mega Capital menempatkan dana sekitar 30%-40% di obligasi. Sisanya di saham. Penempatan di saham pun dilakukan dengan strategi trading jangka pendek. Sugeng menduga, kondisi pasar saham masih akan
volatile. Namun, Sugeng optimistis bursa saham membaik, hingga ada peluang
rebalancing. "Saham kemungkinan masih drop kecuali ada sentimen yang bagus. Namun, saya optimistis, saham bisa meningkatkan return. Kami tidak ingin
buy and hold untuk sementara ini. Jadi, lebih banyak
trading," ujar Sugeng. Dia berharap strategi itu bisa mengoptimalkan kinerja reksadana tersebut. Sugeng optimistis, imbal reksadana ini bisa lebih dari 10% hingga akhir tahun. Reksadana itu baru menghasilkan
return year to date 2,94%. Mega Capital telah memiliki dana kelolaan senilai Rp 1 triliun, dari target Rp 1,2 triliun per akhir tahun. Salah strategi Contoh reksadana campuran yang mencetak rugi adalah Sucorinvest Flexi Fund, yang dikelola Sucorinvest Asset Management. Reksadana itu merugi 6,5%. Namun, selama tahun ini, produk ini masih mencetak imbal hasil 8,89%. Christian Hermawan, Direktur Sucorinvest Asset Management, mengaku salah strategi di Agustus lalu. Mereka menempatkan dana kelolaan hingga 65% di bursa. Sisa dana ditempatkan di obligasi pemerintah, yang pertumbuhannya juga rendah. "Kami tidak memilih obligasi korporasi karena ingin menjaga likuiditas," tutur Christian.
Situasi ekonomi global yang belum tentu arah, memang, memaksa manajer investasi serius menjaga likuiditas. Demi kepentingan itu, mereka menempatkan dana di obligasi negara. Strategi yang akan digunakan Sucorinvest, tutur Christian, adalah melakukan trading lebih banyak. Manajer investasi itu juga merencanakan diversifikasi ke saham perbankan dan memperbanyak kas. "Kami yakin IHSG mencapai 4.300 di akhir tahun. hingga return produk ini bisa 7%," kata dia. Praska Putrantyo, Analis PT Infovesta Utama meramal, reksadana campuran masih berpeluang mencetak
return positif asal manajer investasi jeli menempatkan dana. "Meski pasar masih
volatile, saham dan obligasi masih bisa memberi
return tinggi," tutur dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana