Return Reksadana Pasar Uang Berpotensi Meningkat di 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana pasar uang berpotensi memberikan imbal hasil (return) yang lebih tinggi pada tahun 2023. Hal ini sejalan dengan suku bunga acuan yang diperkirakan akan melanjutkan kenaikan tahun depan.

Research Analyst PT Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, konsensus memprediksi, kenaikan suku bunga lanjutan hanya akan terjadi pada semester pertama 2023. Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) diperkirakan naik 50 basis points (bps) sampai 75 bps hingga berada di level 6%-6,25%.

Jika dilihat secara historis, pola yang sama terjadi pada tahun 2013 dan 2014. Pada 2013, BI menaikkan suku bunga acuan sebesar 175 bps, kemudian cenderung flat dengan kenaikan hanya 25 bps pada tahun 2014.


Pola yang sama kemungkinan besar akan terjadi di tahun depan. Setelah naik 50 bps-75 bps, suku bunga BI akan cenderung stagnan hingga akhir 2023.

Baca Juga: Survei Manulife: Masyarakat Indonesia Butuh Rp 16,52 Juta per Bulan di Masa Pensiun

"Melihat data historikal, saya memprediksi reksadana pasar uang akan tetap menarik di tahun 2023 dengan potensi return di kisaran 4%-5% setahun," kata Arjun saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (15/12).

Angka tersebut lebih tinggi dibanding return tahun ini. Sebagai gambaran, Infovesta Money Market Fund Index mencatatkan return 2,55% secara year to date (YtD) atau sejak awal tahun sampai dengan November 2022

Lebih lanjut, Arjun melihat potensi penurunan suku bunga acuan di tahun 2023 masih kecil sekali. "Suku bunga acuan kemungkinan akan stagnan dulu sebelum pada akhirnya kembali turun di tahun 2024," ucap dia.

Baca Juga: Cara Mengatur Keuangan Pribadi, Agar Bisa Berinvestasi

Dengan begitu, berkurangnya minat investor terhadap reksadana pasar uang diprediksi baru akan terjadi pada 2024. Saat suku bunga acuan turun, investor akan kembali menyasar instrumen dengan aset yang lebih berisiko seperti saham.

Pasalnya, penurunan suku bunga acuan akan membuat return yang didapatkan dari aset reksadana pasar uang seperti suku bunga deposito dan obligasi jatuh tempo di bawah satu tahun akan semakin berkurang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati