JAKARTA. Manajer investasi menerbitkan reksadana pendapatan tetap seiring penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate. Salah satunya, Panin Asset Management yang menerbitkan Panin Dana Berkala. "Kami melihat penurunan BI rate menjadi momentum untuk menerbitkan reksadana pendapatan tetap karena harga obligasi akan mengalami kenaikan," kata Direktur Panin Asset Management Ridwan Soetedja, Selasa (26/1). Selain membagikan return dari kenaikan nilai aktiva bersih (NAB), reksadana ini juga akan memberikan dividen sebesar Rp 5 per unit penyertaan. Nantinya, dividen akan diberikan setiap bulan pada tanggal 5.
Ada tiga jenis dividen yang ditawarkan perusahaan. Yakni, dividen dibayarkan langsung ke rekening investor serta dividen reinvestasi kembali atau dibayarkan untuk membeli unit penyertaan produk yang sama. Lalu, dividen digunakan untuk melakukan top up pada reksadana lain. "Sehingga menawarkan alternatif investasi bagi investor yang menginginkan fitur penghasilan bulanan yang biasanya didapatkan di deposito kini bisa di reksadana," kata Ridwan. Adapun strategi investasi sekitar 30%-50% diputar di obligasi pemerintah jangka pendek menengah. Lalu, sekitar 5%-30% pada obligasi pemerintah menengah panjang memanfaatkan momentum pasar untuk menopang capital gain. sekitar 20%-40% berupa obligasi korporasi berkualitas baik. Serta sekitar 5% di deposito atau pasar uang untuk pembayaran dividen. "Kami asumsikan return sekitar 7%-10% per tahun," kata dia. Produk ini akan diluncurkan pada 19 Februari 2016. Investor bisa menyiapkan dana Rp 100 juta untuk minimal investasi. Sedangkan untuk penjualan minimal Rp 100.00 dan minimal saldo setelah dilakukan penjualan Rp 100 juta. Demikian juga untuk minimal dana pengalihan dari Panin Dana Pendapatan Berkala sebesar Rp 100 juta. Investor akan dikenakan biaya pembelian maksimal 0,5%. Biaya pengalihan dikutip maksimal 2% dan tidak dikenakan biaya penjualan. "Minimal investasi memang agak besar karena kami membidik investor yang menginginkan cashflow misalnya usia pensiun yang selama ini menempatkan dananya di deposito," papar Ridwan. Rudiyanto, Head of Operation and Business Development Panin Asset Management menargetkan produk ini bisa menggenggam dana Rp 100 miliar pada satu bulan pertama setelah launching."Sehingga di akhir tahun kami mengharapkan bisa Rp300 miliar," kata Rudiyanto. Menurut Ridwan, perusahaan menargetkan total dana kelolaan tahun ini bisa berkisar Rp 16 triliun. Target tersebut akan dikejar dan peluncuran produk baru, kondisi pasar modal yang membaik dibandingkan tahun lalu serta adanya peningkatan nasabah." Tahun ini kami akan meluncurkan dua hingga tiga produk baru," kata Ridwan. Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo juga berencana menerbitkan reksadana terproteksi beraset dasar obligasi. Rencananya, tahun ini akan diterbitkan sekitar 12 produk. "Setiap bulan akan terbit satu produk," tutur Soni. Aset dasar produk ini bervariasi, yakni obligasi pemerintah dan korporasi. Dia memperkirakan produk tersebut akan membagikan return sekitar 9% hingga 10% per tahun.
Beben Feri Wibowo, analis Infovesta Utama mengatakan penurunan BI rate mengindikasikan kondisi ekonomi makro yang membaik sekaligus adanya penurunan gambaran risiko investasi. Akibatnya, yield obligasi pemerintah dan korporasi yang menjadi aset dasar reksadana mengalami penurunan dan harga mengalami kenaikan. "Namun, penurunan BI rate yang hanya 25 basis poin masih cukup kecil sehingga dampaknya masih kurang signifikan, ditambah tekanan global masih belum mereda," tutur Beben. Dia memperkirakan rata-rata return reksadana pendapatan tetap akan berkisar 7%-7,7% akhir tahun. Ridwan Soetedja, Direktur Panin Asset Management memperkirakan BI rate masih bisa turun hingga 6,5% tahun ini. Penurunan tersebut ditopang oleh rendahnya laju inflasi akibat turunnya harga minyak. "Inflasi tahun ini diperkirakan sekitar 4% plus minus 1%," tutur Ridwan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto