JAKARTA. Tampaknya, prospek industri reksadana tahun depan masih akan suram, tak terkecuali reksadana syariah. Maklum, tahun depan Indonesia masih menghadapi masalah likuiditas yang seret. Selain itu, ungkap Direktur PT Invovesta Utama Parto Kawito, pertumbuhan ekonomi tahun depan berpotensi melambat. "Hal itu akan mengakibatkan daya beli masyarakat turun," terangnya, Jumat (19/12). Walhasil, masyarakat pun kemungkinan memilih mengurangi porsi dana investasinya. Kondisi pasar modal 2009 juga belum akan membaik. Gejolak pasar saham dan pasar obligasi bakal masih sangat tinggi. Akibatnya, "Manajer investasi akan sulit meminimalkan risiko di saat kondisi pasar masih bergejolak," imbuh Parto. Ujung dari semua persoalan tersebut, imbal hasil (return) produk-produk investasi pun akan menyusut ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Tak terkecuali, return reksadana syariah pun akan menyusut. Padahal, selama ini imbal hasil reksadana syariah terbilang lumayan tinggi ketimbang reksadana biasa. Parto memperkirakan pertumbuhan reksadana syariah tahun depan tidak bakal sespektakuler tahun ini. Asal tahu saja, tahun 2008, reksadana syariah mencatat pertumbuhan lebih dahsyat ketimbang pertumbuhan industrinya. Sejak awal tahun, total dana kelolaan alias nilai aktiva bersih (NAB) reksadana berbasis hukum Islam ini melesat 193,95% dari Rp 350,4 miliar jadi Rp 1,03 triliun. Cuma, seiring krisis keuangan global, reksadana syariah pun terlihat loyo, dan potensi keuntungan sudah mulai berkurang. Penyebabnya, Jakarta Islamic Index (JII), indeks saham-saham syariah di bursa, mulai susut. Berdasar data Bloomberg, bila menghitung dari awal tahun 2008 sampai akhir pekan lalu, reksadana syariah mencatat total kerugian 54,58%. Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergerus 49,59%. Bandingkan dengan data tahun 2007. Dalam setahun tersebut, JII membukukan total keuntungan 65,98%, sementara IHSG cuma mencatat untung 56,25%. Nah, Parto menyarankan, investor yang ingin berinvestasi di reksadana syariah bisa masuk ke reksadana syariah pendapatan tetap. Reksadana ini aman dari fluktuasi pasar. "Apalagi tahun depan pemerintah akan menerbitkan sukuk," tegasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Return Reksadana Syariah Bakal Turun
JAKARTA. Tampaknya, prospek industri reksadana tahun depan masih akan suram, tak terkecuali reksadana syariah. Maklum, tahun depan Indonesia masih menghadapi masalah likuiditas yang seret. Selain itu, ungkap Direktur PT Invovesta Utama Parto Kawito, pertumbuhan ekonomi tahun depan berpotensi melambat. "Hal itu akan mengakibatkan daya beli masyarakat turun," terangnya, Jumat (19/12). Walhasil, masyarakat pun kemungkinan memilih mengurangi porsi dana investasinya. Kondisi pasar modal 2009 juga belum akan membaik. Gejolak pasar saham dan pasar obligasi bakal masih sangat tinggi. Akibatnya, "Manajer investasi akan sulit meminimalkan risiko di saat kondisi pasar masih bergejolak," imbuh Parto. Ujung dari semua persoalan tersebut, imbal hasil (return) produk-produk investasi pun akan menyusut ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Tak terkecuali, return reksadana syariah pun akan menyusut. Padahal, selama ini imbal hasil reksadana syariah terbilang lumayan tinggi ketimbang reksadana biasa. Parto memperkirakan pertumbuhan reksadana syariah tahun depan tidak bakal sespektakuler tahun ini. Asal tahu saja, tahun 2008, reksadana syariah mencatat pertumbuhan lebih dahsyat ketimbang pertumbuhan industrinya. Sejak awal tahun, total dana kelolaan alias nilai aktiva bersih (NAB) reksadana berbasis hukum Islam ini melesat 193,95% dari Rp 350,4 miliar jadi Rp 1,03 triliun. Cuma, seiring krisis keuangan global, reksadana syariah pun terlihat loyo, dan potensi keuntungan sudah mulai berkurang. Penyebabnya, Jakarta Islamic Index (JII), indeks saham-saham syariah di bursa, mulai susut. Berdasar data Bloomberg, bila menghitung dari awal tahun 2008 sampai akhir pekan lalu, reksadana syariah mencatat total kerugian 54,58%. Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergerus 49,59%. Bandingkan dengan data tahun 2007. Dalam setahun tersebut, JII membukukan total keuntungan 65,98%, sementara IHSG cuma mencatat untung 56,25%. Nah, Parto menyarankan, investor yang ingin berinvestasi di reksadana syariah bisa masuk ke reksadana syariah pendapatan tetap. Reksadana ini aman dari fluktuasi pasar. "Apalagi tahun depan pemerintah akan menerbitkan sukuk," tegasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News