Return Tumbuh Positif, Begini Siasat Manajer Investasi Kejar Dana Kelolaan Reksadana



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah manajer investasi melihat bisnis investasi reksadana masih cukup positif sampai Agustus 2024. Dana kelolaan masih terus bertumbuh disokong imbal hasil yang semakin menghijau ditengah ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed.

CEO Pinnacle Investment, Guntur Putra mengatakan bahwa di Pinnacle Investment kinerja reksadana pada Semester II-2024 masih positif. Meskipun saat ini pasar reksadana mengalami beberapa tantangan, prospek bisnis pengelolaan investasi masih akan tetap menarik hingga akhir tahun 2024.

"Secara year to date (YTD) total AUM reksadana kami masih mengalami pertumbuhan per Agustus kemarin. Kami terus berkomitmen untuk menawarkan produk-produk inovatif dan strategi investasi yang adaptif terhadap kondisi pasar," kata Guntur kepada Kontan.co.id, Selasa (17/9).


Menurutnya di bulan Agustus 2024, return dari instrumen reksadana di Pinnacle cukup bervariasi sesuai dengan jenisnya. Secara umum, reksadana dan ETF berbasis saham menunjukkan return tertinggi dibandingkan dengan reksadana jenis lainnya. Di mana tumbuh sebesar 4,67% secara year on year (YoY) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Guntur menilai, meski di tahun 2024 banyak tantangan di industri Manajer Investasi, namun di Pinnacle secara year to date (YTD) masih mencatatkan kinerja positif dan pertumbuhan Asset Under Management (AUM) yang cukup baik. Kata dia, untuk bisa menghadapi berbagai tantangan industri untuk ke depannya, Pinnacle Investment sedang menyusun beberapa strategi guna menghadapi berbagai tantangan di segmen reksadana.

Baca Juga: Saham Mulai Redup, Ini 5 Reksadana Campuran Terbaik yang Pimpin Penguatan Sepekan

Adapun strategi tersebut diantaranya yaitu, dengan melakukan diversifikasi produk investasi, peningkatan layanan pelanggan, dan pengembangan teknologi untuk meningkatkan efisiensi manajerial serta memberikan solusi yang lebih sesuai dengan kebutuhan investor.

"Kami juga terus memantau tren pasar dan melakukan penyesuaian yang diperlukan agar tetap relevan dan kompetitif," kata dia.

Meski begitu, Guntur mengakui bahwa minat investor terhadap reksadana memang berkurang pada tahun ini, jika dibandingkan dengan kondisi saat pandemi Covid-19. Kata itu, sebagian besar investor mempercayakan investasinya pada instrumen reksadana.

Ia melihat, saat ini sudah terjadi perubahan tren investasi yang mana investor lebih tertarik pada produk investasi yang lebih transparan, dengan biaya lebih rendah atau potensi imbal hasil yang lebih tinggi.

Nah, untuk meningkatkan penjualan reksadana, Pinnacle Investent juga sudah menyiapkan sejumlah strategi. Dari sisi edukasi, perusahaan berusaha untuk meningkatkan upaya edukasi untuk masyarakat mengenai manfaat dan keunggulan produk reksadana melalui seminar, workshop, atau konten edukasi digital.

Kemudian, Pinnacle Investment juga terus melakukan inovasi produk reksadana dengan mengembangkan produk reksadana yang lebih menarik dan sesuai dengan kebutuhan pasar saat ini. Misalnya, produk yang menawarkan fleksibilitas lebih tinggi, transparansi menyeluruh, dan biaya lebih rendah, disertai dengan potensi imbal hasil yang kompetitif.

"Tentunya peningkatan pelayanan pelanggan yang lebih baik, termasuk konsultasi investasi yang personal dan dukungan yang lebih responsif  dapat membantu membangun kepercayaan dan kepuasan investor," ungkapnya

Tak hanya itu, Pinnacle investment juga memanfaatkan teknologi untuk mempermudah proses investasi dan manajemen produk dengan platform digital yang user-friendly dan aplikasi yang inovatif, sehingga hal ini diharapkan dapat menarik lebih banyak investor. 

Lebih lanjut, Guntur bilang bahwa Pinnacle investment juga terus memperkuat dan memperlebar jaringan distribusi dan kemitraan strategis untuk meningkatkan distribusi produk. Dia mengatakan bahwa kolaborasi ini dapat memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan penjualan.

"Pada saat ini Pinnacle telah bekerja sama dengan hampir 20 APERD (Agen penjual reksa dana)," kata dia. 

Baca Juga: Berniat Rebalancing Portofolio Pasca Suku Bunga The Fed Turun? Begini Saran Analis

Selaras dengan hal ini, PT Surya Timur Alam Rayat Asset Management (STAR AM) juga mengatakan bahwa bisnis reksadana masih tumbuh positif hingga saat ini. Hal ini tercermin dari kinerja reksadana yang naik pada Agustus 2024 menjadi Rp 8 triliun, yang pada bulan sebelumnya sebesar Rp 7 triliun.

Direktur Utama STAR AM, Hanif Mantiq menuturkan, investor reksadana juga masih bertumbuh terutama investor retail yang saat ini sudah lebih dari 13 juta orang. Penyebab pertumbuhan ritel ini terutama didorong dari aplikasi fintech dan sekuritas yang tumbuh dengan cepat.

"Jadi pertumbuhan ritel investor juga cukup tinggi terutama di investor muda yang berinvestasi melalui aplikasi di APERD," kata Hanif kepada Kontan.co.id. Selasa (17/9).

Tak hanya itu, Hanif menyebutkan bahwa produk reksadana saham  masih mencetak return tertinggi pada Agustus 2024, yang mana naik sebesar 8% (YoY) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

“Untuk ke depannya Star AM akan lebih mencoba ke arah digital marketing," tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih