Revenue industri percetakan dalam negeri turun 10%



KONTAN.CO.ID - Tren digitalisasi di segala bidang termasuk pada penerbitan telah memberikan dampak terhadap bisnis percetakan. Ada beberapa aspek penyebab penurunan tersebut. Berkembangnya  buku digital dan tren masyarakat yang sibuk mencari informasi melalui media sosial dan mesin pencari membuat buku cetak mulai menurun permintaannya. 

Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), Rosidayati Rozalina menyatakan, secara umum revenue dari penerbitan mulai turun maksimal 10%. Menghadapi tantangan baru ini, IKAPI terus beradaptasi dan mendorong para penerbit agar mulai mendigitalisasikan buku-buku terbitannya. IKAPI  sudah bekerja sama dengan tujuh platfoarm digital sejak 2016 untuk mendorong hal itu. 

Selain itu, Asian Foundation telah mendatangi IPAKI guna meningkatkan minat baca di Indonesia. Asian Foundation memiliki kontributor penerjemah dari berbagai negara yang siap menerjemah berbagai buku-buku Indonesia sehingga buku Indonesia dapat dibaca dengan bahasa dari berbagai negara. "Ini tentunya menjadi peluang. Selama ini tidak terfikirkan. Ternyata dari digitalisasi ini muncul berbagai peluang," kata Rosidayanti kepada KONTAN pada Rabu (6/9).


Berdasarkan data Toko Buku Gramedia,  genre buku anak, fiksi, novel, agama masih diminati oleh masyrakat. Tahun ini yang menarik adalah buku parenting dan nonfiksi kian diminati oleh pasar. "Artinya selama ini, upaya pemerintah dalam meningkatkan literasi memberikan kesadaran kepada ibu-ibu untuk memberikan bacaan yang baik bagi anak-anaknya," ungkap Rosidayanti .

Asal tahu saja berdasarkan catatan Bekraf pada 2015 dari 16 Subsektor Industri keratif yang bernaung di bawah Bekraf, penerbitan menempati peringkat ke-5 dalam kontribusi PDB ekonomi kreatif (Ekraf) yaitu menyumbang Rp 53,59 triliun atau 6,29% dari total PDB ekonomi kreatif (ekraf).

Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) Ricky Joseph Pesik menyatakan, Bekraf memiliki target ekraf dapat menyumbangkan 10% PDB Nasional pada 2019. "Saat ini PDB Ekraf sekitar Rp 852 triliun sekitar 7%. Targetnya 2019 ada 10% untuk 16 sub sektor idustri kreatif," kata Ricky kepada KONTAN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini