Review Saham Perbankan di Tahun 2025: Bank Digital Melaju, Big Banks Loyo



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sepanjang tahun 2025, saham perbankan menunjukkan kinerja bervariatif. Menariknya, saham bank-bank digital nampak unjuk gigi di atas kelesuan bank berkapitalisasi pasar jumbo alias big banks.

Pada perdagangan terakhir tahun 2025, Selasa (30/12/2025), saham PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) memimpin pergerakan harian dengan persentase kenaikan harga tertinggi, yakni 3,47% menjadi Rp 1.490.

Saham bank digital lainnya yang mencetak kenaikan harian tertinggi ada PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) sebesar 2,80% menjadi Rp 220, PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) sebesar 2,75% menjadi Rp 935, dan PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) sebesar 2,13% menjadi Rp 480.


Sementara itu dari jajaran big banks, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) memimpin pergerakan harian dengan kenaikan sebesar 2,58% menjadi Rp 4.370. Menyusul saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang naik 0,62% menjadi Rp 8.075 dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang naik 0,49% menjadi Rp 5.100. Sedangkan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi satu-satunya yang terkoreksi, malah sampai 3,17% menjadi Rp 3.660.

Baca Juga: Investasi Dana Pensiun di Saham Capai Rp 24,66 Triliun per Oktober 2025

Kalau melihat tren sejak awal tahun (year-to-date/ytd), BBNI juga memegang kinerja terbaik dengan menjadi satu-satunya big banks yang berhasil mencetak pertumbuhan, meski hanya tipis 0,46%. Sementara lainnya kompak terperosok, yakni BBCA turun 16,54%, BMRI koreksi 10,53%, dan BBRI susut 10,29%.

Malah, bank digital yang kinerjanya lebih moncer sejak awal tahun. Secara ytd, BBYB mencetak pertumbuhan sebesar 120,18%, menjadi kedua yang tertinggi di jajaran saham bank lainnya.

Bank digital lainnya juga terpantau tumbuh subur, di antaranya BBHI yang melonjak 112,86%, AMAR tumbuh 15,18%, dan PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) yang naik 15,15% menjadi Rp 950. 

Sebagai informasi, kenaikan saham tertinggi untuk sepanjang tahun 2025 dipegang PT Bank Permata Tbk (BNLI) yang terbang 444,97% menjadi Rp 5.150.

Capaian tersebut membuat BNLI berada jauh di atas bank-bank lapis dua (second liner) lainnya. Secara umum, bank dalam kelompok ini memang bergerak bervariatif. Yang berhasil mencetak pertumbuhan secara ytd di antaranya PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) yang tumbuh 4,18% menjadi Rp 1.370, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) yang naik 3,47% menjadi Rp 1.790, dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang meningkat 3,07% menjadi Rp 1.175. 

Sementara yang mencatatkan rapor merah secara ytd di antaranya ada PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dengan koreksi 18,32% menjadi Rp 2.230, PT Bank Jago Tbk (ARTO) 18,72% menjadi Rp 1.975, dan PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) 41,94% menjadi Rp 1.080. 

Ulasan & Rekomendasi 

Founder Republik Investor Hendra Wardana menyebut tahun ini perbankan memang nampak melakukan penyesuaian strategi industri. Yang mana, perbankan lebih mengedepankan kualitas laba dibandingkan ekspansi kredit yang berisiko. 

“Sepanjang 2025, bank cenderung fokus pada efisiensi biaya, kualitas aset, dan penguatan permodalan. Itu yang membuat laba tetap solid meski kredit tumbuh terbatas,” ujar Hendra kepada Kontan, Selasa (30/12/2025).

Ia menyoroti bank-bank besar seperti BBCA, BMRI, dan BBRI yang masih mendominasi dari sisi laba bersih maupun pembagian dividen. Tentu, ini menjadi sentimen positif bagi ketiganya ke depan. 

Baca Juga: OJK Perkirakan Dana Pensiun Tumbuh Dua Digit pada 2026, Tantangan Investasi Mengintai

Dari sisi pergerakan saham, Hendra menilai 2025 menjadi tahun yang cukup selektif bagi investor perbankan. BMRI relatif mencatat kinerja harga yang lebih stabil, seiring mulai pulihnya eksposur kredit korporasi dan infrastruktur. 

“Mandiri diuntungkan oleh pemulihan proyek-proyek besar dan kredit korporasi, sehingga pergerakan sahamnya lebih terjaga,” katanya.

Sebaliknya, BBCA dan BBRI sempat mengalami tekanan jual asing, terutama menjelang akhir tahun, yang membuat pergerakan saham cenderung sideways hingga terkoreksi. Meski demikian, Hendra menegaskan tekanan tersebut lebih bersifat teknikal. 

“Itu lebih ke aksi ambil untung dan rebalancing portofolio, bukan karena penurunan fundamental,” jelasnya.

Sementara itu, bank-bank lapis dua bergerak lebih volatil sepanjang 2025. Hanya saham-saham tertentu yang mampu mencatat kinerja positif, terutama yang memiliki sentimen spesifik seperti perbaikan kinerja atau aksi korporasi. 

Memasuki 2026, Hendra memandang prospek sektor perbankan masih relatif konstruktif meski tantangan tetap membayangi. Ekspektasi penurunan suku bunga berpotensi menekan margin bunga bersih (NIM) dalam jangka pendek, tetapi di sisi lain membuka peluang akselerasi pertumbuhan kredit, khususnya pada segmen konsumsi dan korporasi.

Baca Juga: Dana Pensiun Kurangi Alokasi SRBI, OJK Ungkap Alasannya

“Bank besar tetap relevan sebagai pilihan defensif. Skala bisnis, basis dana murah, dan konsistensi dividen menjadi keunggulan utama,” tutur Hendra. 

Ia memprediksi BBCA tetap menjadi jangkar stabilitas portofolio, sementara BMRI berpeluang menjadi penopang pertumbuhan jika ekspansi kredit korporasi kembali menguat. Adapun BBRI dinilai memiliki peluang pemulihan kinerja saham apabila kualitas aset dan biaya risiko membaik.

Di sisi lain, tahun 2026 juga berpotensi menjadi periode seleksi bagi bank digital dan bank second liner. Menurut Hendra, bank digital akan sangat bergantung pada kemampuan meningkatkan pendapatan berbasis komisi serta menunjukkan jalur menuju profitabilitas yang berkelanjutan. 

“Potensinya besar, tapi risikonya juga tinggi,” ujarnya.

Sementara itu, bank tier dua yang memiliki katalis jelas seperti konsolidasi, efisiensi, atau perbaikan fundamental dinilai berpeluang menarik minat investor. 

“Strategi 2026 tetap selektif. Bank besar cocok jadi fondasi portofolio, sementara peluang taktis bisa diambil pada bank yang punya katalis pertumbuhan terukur,” tutup Hendra.

Selanjutnya: 35 Ucapan Selamat Tahun Baru 2026 Bahasa Inggris, Happy New Year!

Menarik Dibaca: 35 Ucapan Selamat Tahun Baru 2026 Bahasa Inggris, Happy New Year!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News