Rezeki datang dari siswa yang tertarik eksakta



Usaha bimbingan belajar (bimbel) spesialisasi pada bidang pelajaran tertentu ternyata masih ramai peminat. Buktinya, beberapa bimbel masih bisa eksis dan mengeruk keuntungan 20% hingga 30% per bulan. Kalau sukses, dua tahun impas.Pelajaran eksakta seperti matematika, kimia, dan fisika masih jadi momok bagi sebagian siswa. Orang tua pun banyak yang tidak menguasai pelajaran ini. Padahal, di sisi lain, banyak orang masih menganggap siswa yang mendapat nilai bagus dalam bidang pelajaran ini lebih gampang berburu sekolah di jenjang yang lebih tinggi maupun mencari pekerjaan di masa depan.Tak mengherankan, demi membantu buah hati menguasai pelajaran-pelajaran ini, para orang tua rela memanggil guru privat atau mendaftarkan anaknya ke lembaga bimbingan belajar (bimbel). “Paling tidak ada 30 anak per bulan yang men-daftar ke bimbel kami,” ujar Jenny Oktowarti, Franchise Development Manager Sinotif. Malah, di masa-masa memasuki tahun ajaran baru, bisa 60 siswa mendaftar di setiap gerai.Jenny bilang, sejak berdiri pada tahun 1997 Sinotif mengkhususkan diri pada bimbel pelajaran eksakta. “Pelajaran lain bisa hafalan, sedangkan eksakta butuh pemahaman,” katanya. Melihat peluang ini, sejak 2009 lalu Sinotif menawarkan kerja sama waralaba. Hasilnya, saat ini jaringan Sinotif sudah berkembang menjadi 21 cabang dari semula hanya tujuh cabang (1997). Cabang terbaru Sinotif baru buka pada Maret lalu di Tanjung Duren, Jakarta. Prospek bisnis bimbel spesialis bidang pelajaran ilmu eksakta yang cerah juga dilihat oleh oleh Bimbingan Belajar Peter yang berpusat di Malang, Jawa Timur. Oleh sebab itu, Purnamasari Dewi, pengelola bimbel ini, berani berekspansi ke ibu kota, membuka dua cabang.Masih soal prospek usaha, pemilik Bimbingan Belajar Katalis Corporation Indra Sugiarto mengungkapkan, selama menjalankan usaha bimbel, dia belum pernah mengalami penurunan omzet. Dalam sebulan, Katalis Corporation yang juga membidangi bimbel pelajaran eksakta bisa meraup omzet sekitar Rp 24 juta.Potensi pasar boleh saja memang oke, bagaimana dengan potensi laba yang bisa dijaring bisnis ini? Jenny bilang, keuntungan yang dia dapat dari usaha ini sekitar 20% hingga 30% dari omzet. Karena itu, berdasarkan pengalaman dia, rata-rata modal setiap cabang bisa balik dalam tempo dua tahun.Kalangan atasPasar yang disasar oleh bimbel spesialis seperti Sinotif ataupun Peter adalah kalangan menengah atas. Maklum, tarif yang dipasang cukup tinggi. Sinotif membanderol tarif per siswa per tahun Rp 6 juta untuk siswa SD, Rp 8 juta untuk siswa SMP, dan Rp 10 juta bagi siswa SMA per tahun. Sementara Peter membanderol harga per semester mulai Rp 3 juta. Jenny menambahkan, untuk meminimalkan risiko, biaya bimbel selama setahun harus dibayarkan sekaligus di depan. Ini strategi untuk menghindari kerugian, bila dalam sebulan tidak ada siswa baru yang mendaftar. “Dengan begini, mitra tetap bisa menutupi kekurangan perusahaan,” katanya. Menurut para pengelola, tarif yang dikenakan pada siswa terbilang mahal karena penyelenggaraan pelajaran menggunakan sistem semi-privat. Setiap kelas hanya diisi sedikit siswa dengan satu guru yang sama. Tujuan metode ini supaya guru bisa mengikuti perkembangan siswa dan bisa memberikan laporan kepada orang tua mengenai perkembangan anak. Oleh sebab itu, siswa juga diberi garansi, apabila selama mengikuti bimbel dan hasil ujian kurang dari 80%, uang bimbel akan dikembalikan. Anda tertarik? Ayo, kita bedah seluk-beluk mengawali dan menjalankan bisnis ini.Waralaba SinotifUntuk menjadi terwaralaba Sinotif, modal yang harus Anda siapkan cukup besar, yakni sekitar Rp 1,2 miliar. Investasi tersebut antara lain digunakan untuk belanja peralatan bimbel Rp 235 juta, belanja perlengkapan dan kebutuhan renovasi gerai Rp 600 juta, franchise fee untuk 5 tahun Rp 350 juta, dan untuk biaya izin usaha Rp 15 juta. “Modal investasi ini tidak mutlak karena menyesuaikan luas lokasi usaha,” kata Jenny.Selain memiliki modal, Anda juga harus sudah menyiapkan lokasi usaha yang dekat dengan sekolah dan perumahan. Luas minimal 400 meter persegi. Untuk bergabung dengan Sinotif tidak harus memiliki pengalaman mengajar. “Yang terpenting Anda harus memiliki latar belakang bisnis,” kata Jenny. Sebab sebagai terwaralaba, tugas Anda hanya fokus pada pengembangan bisnis. Urusan mengajar diserahkan kepada guru. Anda juga tak perlu repot mencari guru, sebab Sinotif yang akan merekrut dan menguji para pengajar tersebut. Dalam sebulan, pengeluaran usaha ini antara lain meliputi management fee Rp 4,5 juta, biaya manajemen variabel 10% dari omzet, listrik, air, dan telepon sekitar 4 juta, gaji 10 pegawai Rp 30 juta, biaya perawatan bimbel Rp 5 juta, pajak reklame sekitar Rp 1,5 juta, sewa lokasi usaha Rp 21 juta per bulan, dan biaya promosi Rp 10 juta. Selain melalui brosur, Sinotif juga rutin mengadakan pameran di pusat perbelanjaan. Karena menjangkau kalangan atas, lokasi pusat perbelanjaan sangat tepat untuk berpromosi.Dengan jumlah 30 siswa dengan biaya Rp 6 juta maka omzet per bulan bisa mencapai Rp 180 juta. Dengan total pengeluaran Rp 94 juta per bulan, maka keuntungan yang Anda dapat Rp 86 juta per bulan. Bimbel mandiriBila Anda ingin membuka usaha bimbel secara mandiri, modal yang disiapkan jauh lebih kecil. Indra bilang modal yang disiapkan cukup Rp 20 juta. Dana itu digunakan untuk membeli perlengkapan dan peralatan bimbel serta promosi awal untuk merekrut siswa.Untuk menjalankan usaha ini Anda harus memiliki latar belakang mengajar. Dengan cara itu, Anda bisa mengetahui pelajaran mana yang dibutuhkan oleh siswa. Untuk itu, sebelum menjalankan usaha ini sebaiknya Anda mencari pengalaman di bimbel lain. Dengan pengalaman tersebut, selain memperdalam ilmu mengajar juga belajar manajemen usaha ini.Anda bisa merekrut para mahasiswa semester akhir jurusan eksakta sebagai tenaga pengajar. Selain sudah menguasai ilmu eksakta, tarifnya lebih murah, mulai Rp 25.000 hingga Rp 50.000 per pertemuan. Anda tinggal mendampingi mereka. Dengan pengalaman Anda bekerja di bimbel lain, maka tidak akan sulit untuk mencari tenaga pengajar. Karena skala usaha masih kecil, tenaga pengajar yang dibutuhkan hanya tiga orang. Sebagai langkah awal, lokasi usaha cukup berukuran 50 m². “Bila usaha berjalan, baru memperluas lokasi,” kata Indra. Bimbel mandiri biasanya mematok harga yang lebih murah. Sebagai gambaran, Indra mematok biaya Rp 800.000 per bulan untuk delapan kali pertemuan. Dengan jumlah 30 siswa, omzet yang didapat bisa mencapai Rp 24 juta. Supaya tidak membebani peserta bimbel, biaya dibayarkan setiap pertemuan. “Untuk pengeluaran per bulan biasanya cuma Rp 10 juta,” kata Indra. Pengeluaran bulanan meliputi biaya listrik, penggandaan modul, spidol, pulsa karyawan, biaya keamanan, gaji karyawan, sewa lokasi usaha, dan promosi.Promosi cukup melalui brosur dan jejaring sosial. “Sebab, pengajar sangat dekat dengan dunia internet,” ujar Indra. Dalam menjalankan usaha ini, Anda harus pasang target. Dalam setahun paling tidak harus bisa menambah luas lokasi usaha. Bila dalam setahun tidak ada perkembangan usaha, sebaiknya lakukan evaluasi untuk melanjutkan usaha atau berhenti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi