Rezeki mujur dari budidaya tanaman kencur (1)



Kencur merupakan salah satu tumbuhan famili jahe-jahean yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku obat. Tanaman dengan nama latin Kaempferia galanga ini memiliki aroma lembut dan memiliki manfaat segudang.

Selain tanaman obat, kencur juga banyak digunakan sebagai bahan baku produk kosmetik, penyedap makanan dan minuman, rempah, campuran saus, serta campuran bahan di industri rokok keretek.

Dari sisi kesehatan, kencur diyakini mampu menambah nafsu makan, mengatasi infeksi bakteri, meredakan batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, dan sakit perut. Sejatinya kencur merupakan tanaman asli India. Namun, kini kencur juga tumbuh subur di Indonesia sepanjang tahun.


Lantaran banyak manfaatnya, peluang bisnis budidaya tanaman ini pun cukup besar. Itu juga yang mendorong banyak orang tertarik mengembangkan tanaman kencur. Salah satunya adalah Gunawan Kuswanto asal Kudus, Jawa Tengah, yang sudah membudidayakan kencur sejak lima tahun terakhir.

Ia menanam kencur di lahan seluas 1,5 hektare (ha). Ada dua jenis kencur yang dikembangkannya, yakni kencur jawa dan kencur gajah dari Sumatra. Ukuran kencur gajah lebih besar dari kencur jawa. Kedua jenis kencur ini memiliki pasar sendiri.

Industri rokok keretek, misalnya, lebih menyukai kencur jawa karena aroma dan sari patinya yang kental. "Tapi ada juga yang pesan kencur gajah karena bentuknya besar meski rasanya tidak begitu tajam," katanya.

Dari segi harga tidak jauh berbeda. Yakni di kisaran Rp 8.000–Rp 12.000 per kilogram (kg). "Kencur gajah sedikit lebih murah," kata dia. Setiap memasuki musim tanam, Gunawan menyiapkan 1 ton bibit kencur untuk dibudidayakan.

Menurutnya, setiap menanam 1 kg akan menghasilkan 5 kg. Jadi dari 1 ton bibit yang ditanamnya akan menghasilkan 5 ton–7 ton kencur sekali panen. Panen kencur sendiri setiap delapan bulan sekali. Dari panen tersebut, ia bisa mengantongi omzet hingga Rp 80 juta.

Selain dipasarkan ke industri rokok keretek di Kudus, kencurnya juga banyak diserap industri farmasi di Semarang, Sidoarjo, dan Jakarta. Pemain lainnya adalah Mujiran, asal Cilacap, Jawa Tengah. Ia sudah membudidayakan kencur sejak tahun 1990 di lahan seluas 1.400 meter persegi (m²).

Setiap kali kali panen, dia bisa menghasilkan sekitar 2,45 ton kencur. Bila dikalkulasi, omzet yang dihasilkan Mujiran sekitar Rp 8,5 juta. Kencur tersebut dipasarkan ke pedagang pengumpul di Banyumas seharga Rp 3.500 per kg. "Harga kencur ini naik turun dan saat ini permintaannya tidak sebagus dulu," katanya.           

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri