Rezeki pasar ekspor tekstil Sri Rejeki



JAKARTA. Keterpurukan rupiah terhadap dollar AS justru membawa berkah bagi PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL). Dengan porsi penjualan ekspor cukup tinggi, emiten tekstil ini paling diuntungkan dari melemahnya Mata Uang Garuda.

Valuta rupiah memang masih terpapar. Pada penutupan Rabu (19/8) sore, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot terkoreksi 0,31% ke level 13.843, Sejak awal tahun hingga kemarin atau year to date (ytd), nilai rupiah sudah hangus 10,51% di hadapan dollar AS.

Kinerja perseroan yang kerap disebut Sritex ini, pada awal tahun 2015 cukup bagus. Berdasarkan laporan keuangan kuartal I 2015, SRIL meraih pendapatan sekitar US$ 157,40 juta. Jumlah itu tumbuh 11% dibandingkan periode sama tahun lalu.


Matthew Wibowo, Research Analyst Mandiri Sekuritas, menilai, koreksi rupiah berefek positif terhadap kinerja SRIL. Sebab, sebesar 70% pendapatan Sritex diperoleh dalam bentuk dollar AS. Di semester I 2015, pendapatan ekspor SRIL berkontribusi US$ 76,55 juta atau 45,9% total penjualan. Jumlah itu tumbuh 18,66% year on year (yoy).

Dus, penjualan domestik menyumbang US$ 80,85 juta atau 54,1% total penjualan. Angka penjualan itu hanya tumbuh 4,71% (yoy). Kontribusi ekspor memang besar, tapi porsi impor bahan baku SRIL saat ini juga cukup besar atau tercatat 50% dari kebutuhan bahan baku.

Sebastian Tobing, Head of Research Trimegah Securities, menilai, kinerja Sritex masih positif, meski impor bahan baku cukup besar. "Tidak masalah, karena pendapatan dari ekspor juga besar," kata dia. Meski demikian, daya saing produk tekstil Indonesia di pasar ekspor mendapat tantangan dari Tiongkok.

Seperti diketahui, belakangan ini Pemerintah Tiongkok mendevaluasi mata uang yuan. Kebijakan ini demi menggenjot kinerja ekspornya, terutama tekstil asal Tiongkok. Pasar ekspor baru Matthew melihat kebijakan devaluasi yuan tak masalah bagi daya saing produk tekstil ekspor Sritex. Sebab, devaluasi yuan belakangan tak tajam. "

Yang jadi masalah, jika devaluasinya dalam atau terus dilakukan," ujar dia. Lagipula, kata Matthew, Sritex memiliki banyak konsumen loyal di beberapa negara, sehingga kinerja ekspornya terjaga. Apalagi, Sritex terus membidik pasar ekspor baru ke negara seperti Kamboja, Peru, Australia, Brasil dan kawasan Afrika.

Produk andalan SRIL di pasar ekspor baru adalah seragam militer. Menurut Sebastian, produk pakaian jadi mencetak margin paling besar di antara segmen produk Sritex lainnya. Matthew memprediksi, kontribusi pendapatan ekspor SRIL hingga tahun ini terjaga di level 50% terhadap total pendapatan.

Sedangkan Sebastian memproyeksikan pendapatan Sritex sepanjang tahun ini tumbuh sekitar 10%. Adapun laba bersihnya berpotensi tumbuh sekitar 10%. Matthew merekomendasikan buy saham SRIL dengan target Rp 375 per saham. Analis Maybank Kim Eng, Adi Wicaksono, juga merekomendasikan buy dengan target harga Rp 362. Sedangkan Analis Eva Dimension, Neil Fonseca, merekomendasikan overweight.

Harga saham SRIL pada transaksi kemarin (19/8) ditutup menanjak 5,92% menjadi Rp 358 per saham. n Kota Paragraf 1. pukul 14:00 WIB 27 387. Ini merupakan level terendah rupiah sejak 17 tahun silam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie