RI-AS bikin peta jalan perdagangan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menemui Menteri Perdangan Amerika Serikat (AS) Wilbur Ross, pada Kamis (26/7). Pertemuan tersebut membahas mengenai rencana pembuatan peta jalan (roadmap) perdagangan antara Indonesia dengan AS.

Dengan adanya peta jalan, diharapkan perdagangan kedua negara akan meningkat. Pembuatan peta jalan ini dilakukan di tengah adanya evaluasi pemberian Generalized System of Preference (GSP) atas 124 produk impor AS dari Indonesia. Menurut Enggar, pembuatan peta jalan melibatkan pelaku usaha dari kedua negara. "Harus melibatkan pihak swasta kedua negara," ujarnya, Kamis (26/7).

Dalam pembuatan peta jalan perdagangan itu, Enggar mengklaim, AS telah sepakat terhadap tawaran nilai perdagangan yang diajukan Indonesia. Dia bilang Indonesia mengusulkan target perdagangan US$ 50 milliar.


Nilai itu dua kali lipat dibandingkan total nilai perdagangan Indonesia dengan AS pada tahun 2017 yang sebesar US$ 25,9 miliar. Dari angka tersebut Indonesia mencatatkan surplus US$ 9,67 miliar. Angka itu dihasilkan dari ekspor Indonesia US$ 17,79 miliar, nilai impor Indonesia sebesar US$ 8,12 miliar.

Selain membahas peta jalan, Enggartiasto bilang, Pemerintah Indonesia juga meminta bantuan Wilbur Ross menghadapi peninjauan GSP. Dia meminta AS memberikan pengecualian kenaikan tarif impor bagi produk besi baja dan aluminium.

Sebab menurutnya, produk baja dan alumunium dari Indonesia memiliki spesifikasi yang berbeda dengan produk AS. "Produk besi baja dan aluminium dari Indonesia bukanlah pesaing produk lokal di AS," terang Enggartiasto.

Permintaan itu, menurut Enggar, disambut baik pihak AS. AS akan memberikan pertimbangan positif jika produk Indonesia tidak diproduksi industri dalam negeri AS.

Selain itu, pertemuan juga membahas berbagai akses pasar Indonesia dengan AS, termasuk mengenai investasi.Duta Besar RI untuk Washington DC Budi Bowoleksono berharap kunjungan Enggar bisa meningkatkan hubungan positif RI-AS, terutama terkait kerjasama perdagangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie