RI-AS sepakati kerja sama di sektor listrik



JAKARTA. Wakil Presiden Amerika Serikat, Mike Pence baru saja meninggalkan Indonesia. Dalam lawatannya ke Indonesia, Mike menyempatkan menyaksikan penandatanganan kerja sama bisnis antar perusahaan Indonesia dan Amerika Serikat. Dari pihak Indonesia, kesepakatan bisnis itu disaksikan Menteri ESDM Ignasius Jonan.

Selain kerja sama Impor LNG, RI-AS juga meneken kerja sama di sektor listrik. Salah satunya, kerja sama Pacific Infra Capital, PT Infra Cerdas Indonesia dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk pemasangan smart-metering di jaringan listrik Jawa-Bali.

Selain itu, ada juga kesepakatan business to business antara PLN dan PowerPhase untuk pemasangan TurboPhase booster system pada PLTG. Teknologi tersebut diklaim dapat mengurangi konsumsi bahan bakar, mengurangi emisi dan memperbesar output listrik yang dihasilkan.


Jonan juga menyaksikan kesepakatan kerja sama antara PLN dan Applied Materials untuk memasang Fault Current Limiter yang dapat mengurangi Fault Current Levels di jaringan listrik Jawa Barat. Applied Materials berkeinginan untuk melakukan feasibility study untuk teknologi ini pada gardu induk 500 kv.

PLN juga menjalin kerja sama dengan Halliburton untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Tulehu Ambon, serta strategi jangka panjang untuk pengembangan Panas Bumi. Ada juga kerja sama Greenbelt Resources dan Jababeka Infrastructure untuk pengembangan fasilitas waste to resource di Jababeka yang akan disebut JababECO.

Dalam kesempatan tersebut, diumumkan juga kerja sama yang telah diteken sebelumnya, yaitu kerjasama antara General Electric (GE) dengan PLN terkait pengadaan turbin yang paling efiesien, dan membantu menekan harga serta mereduksi emisi karbon. GE dan partner telah mendukung beroperasinya 600 MW pembangkit listrik dalam proyek 35.000 MW dan akan menyuplai tambahan listrik sebesar 2.650 MW.

Pengumumkan kedua adalah kerja sama Ormat Technologies dengan PLN dalam penyelesaian PLTP Sarulla 3x110 MW dengan total investasi sekitar US$ 1,7 miliar. "Dari investasi tersebut, sebesar US$ 260 juta pengadaannya didukung oleh Ormat," ungkap Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM , Sujatmiko dalam keterangan tertulis, Jumat (21/4).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini