JAKARTA. Indonesia mulai memasuki musim jatuh tempo utang. Tahun ini hingga tahun 2015 akan menjadi masa puncak jatuh tempo utang dan obligasi, baik terbitan pemerintah maupun korporasi. Menurut catatan KONTAN, tahun ini total nilai jatuh tempo utang mencapai Rp 157,59 triliun. Porsi surat utang negara yang jatuh tempo tahun ini mencapai Rp 71 triliun, sementara utang bilateral negara Rp 56 triliun. Nilai jatuh tempo utang obligasi dan sukuk korporasi mencapai Rp 23,54 triliun. Selain itu, surat utang jangka menengah atau
medium term notes (MTN) terbitan swasta mencapai Rp 7,05 triliun.
Persaingan merebut dana investor pun bakal berlangsung sengit. Maklum, menurut Analis Indonesian Bond Pricing Agency (IBPA) Fakhrul Aufa, pemerintah dan swasta kemungkinan besar akan menerbitkan surat utang baru untuk melunasi obligasi yang jatuh tempo (
refinancing). Akibatnya, "Persaingan ini menyebabkan potensi
crowded di pasar," ujarnya kepada KONTAN, pekan lalu. Ia memprediksikan, perebutan dana investor akan sengit terjadi pada kuartal I-2013. Sebab, para penerbit obligasi akan merilis surat utang pada awal tahun untuk menghindari kenaikan risiko. Pasar berspekulasi risiko meningkat pada semester II-2013, sering dengan meningkatnya suhu politik menjelang Pemilu 2014. "Selain itu, ada tekanan inflasi akibat kenaikan tarif dasar listrik," ujar Fakhrul.
Meski suplai surat utang membanjiri pasar keuangan Indonesia, Fakhrul memprediksikan
return obligasi malah turun di tahun ini. Proyeksi dia,
return obligasi korporasi berkisar 7%-8%, sementara rata-rata
return obligasi korporasi tahun 2012 mencapai 11,31%. Imbal hasil surat utang negara sekitar 8%-10%, sementara tahun lalu sebesar 12,4%. Toh, permintaan instrumen obligasi dari investor dalam negeri masih tetap tinggi. Kendati obligasi baru lebih banyak masuk di awal tahun, investor justru akan mengoleksi obligasi di semester kedua. Mereka mencermati lebih dulu tren inflasi tahun ini, serta potensi kenaikan BI rate. "Kalau BI rate naik, kupon obligasi juga akan naik sehingga lebih menguntungkan bagi investor," kata Fakhrul. Analis Sucorinvest Central Ghani Ariawan memperkirakan, investor obligasi lokal masih akan memburu obligasi dalam negeri. Perbankan, dana pensiun, dan asuransi akan lebih banyak masuk ketimbang investor lain. "Mereka memburu obligasi tenor menengah," tutur Ariawan.
Surat Utang Jatuh Tempo* |
(dalam Rp triliun) |
Korporasi (per 27/12/12) | | Utang Pemerintah |
Tahun | Obligasi & sukuk | MTN | | Tahun | SBN (per 25/12/12) | Pinjaman (per 30/11/12) |
2013 | 23.54 | 7.05 | | 2013 | 71 | 56 |
2014 | 31.82 | 2.38 | | 2014 | 82.88 | 56 |
2015 | 24.67 | 4.83 | | 2015 | 78.21 | 54 |
2016 | 21.99 | 1.08 | | 2016 | 52.71 | 50 |
2017 | 38.37 | 0.05 | | 2017 | 51.61 | 44 |
2018 | 13.3 | - | | 2018 | 71.45 | 43 |
2019 | 12.71 | 4.83 | | 2019 | 59.71 | 42 |
2020 | 8.19 | - | | 2020 | 72.03 | 41 |
2021 | 5.36 | 0.8 | | 2021 | 65.05 | 36 |
2022 | 7.69 | 0.31 | | 2022 | 95.42 | 30 |
*termasuk utang dalam dollar AS dan yen dengan kurs 28/12/2012 |
sumber: DJPU, KSEI, BEI |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati