RI-Selandia Baru Lanjutkan Kerja Sama Pengembangan Panas Bumi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia dan Selandia Baru sepakat melanjutkan kerja sama di bidang panas bumi. Pemerintah Selandia Baru, lewat Ministry of Foreign Affairs and Trade (MFAT), telah berkomitmen untuk memperpanjang kerja sama di bidang panas bumi untuk periode 2023-2028 dengan komitmen dukungan senilai NZ$  15,64 juta atau setara Rp 147,8 miliar.

Program kerja sama ini diberi nama Indonesia-Aoteroa New Zealand Geothermal Energy Programme (PINZ). 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, mengatakan bahwa Selandia Baru memiliki banyak sumber daya dan ahli dalam mengembangkan proyek panas bumi, termasuk pemanfaatan langsung dan inovasi dalam operasi panas bumi, seperti produksi hidrogen hijau dan Carbon Capture Storage (CCS).


Baca Juga: PGEO Kembangkan Produk Sekunder Panas Bumi Supaya Proyek Lebih Ekonomis

“Saya berharap usaha bersama yang telah terbangun ini dapat mengakselerasi pengembangan Panas Bumi di Indonesia dan menyediakan solusi yang berkelanjutan untuk mendukung transisi energi di Indonesia," ujar Arifin dalam konferensi pers, Kamis (13/7).

Minister of Foreign Affairs and Trade Selandia Baru, Nanaia Mahuta, mangatakan bahwa program PINZ bertujuan untuk meningkatkan kontribusi energi panas bumi dalam mewujudkan target energi terbarukan Indonesia melalui bantuan teknis dan peningkatan kapasitas.

"Komitmen sebesar NZ$15,6 juta ini akan membantu Indonesia mencapai target energi terbarukan melalui penyediaan bantuan teknis dan peningkatan kapasitas di tiga bidang utama, yaitu kerangka peraturan, eksplorasi panas bumi, dan peningkatan keterampilan dan kapasitas teknis tenaga kerja," tutur Mahuta.

Baca Juga: Pembahasan RUU EBET Diperpanjang, Proses Terkini Belum Sampai Setengah Jalan

Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Harris Yahya, menerangkan bahwa komitmen dukungan tidak disalurkan dalam bentuk dana.

“Fleksibel sebenarnya nah itu sebutnya bantuan atau apa gitu ya tapi kalau bayangannya nanti ada sejumlah uang yang diserahkan ke pemerintah, nggak ada! jadi itu dalam bentuk hasil kajian, hasil support, dukungan seperti itu,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .