KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Untuk urusan investasi,
Chief Product Development and Head of Sharia Unit PT Eastspring Investments Indonesia Rian Wisnu Murti terbilang konservatif. Dia lebih nyaman memilih reksadana sebagai investasi utama. Alasannya, dia menyadari tidak memiliki waktu luang untuk mengelola investasi secara mandiri. Sebenarnya, Rian cukup lama berkecimpung di pasar keuangan dalam negeri. Namun, dia baru melakukan investasi pada tahun keempat dirinya berkarir. Padahal, dia mengawali karier di perbankan asing pada tahun 1994. Dia mulai menjajal investasi pada tahun 1998 dan pada saat itu pula mulai berkecimpung di pasar modal. Tapi, Rian enggan menjadikan saham sebagai instrumen investasi pertamanya. Dia memilih berinvestasi reksadana saham.
Padahal saat sedang mencari produk investasi yang paling pas, kondisi ekonomi Indonesia sedang diterpa krisis moneter. Nah, jika saat itu Rian memilih instrumen investasi saham, pria yang lahir tgl 27 Desember ini bakal meraup untung besar. Sebab, ada potensi saham berbalik arah setelah turun cukup dalam. Mengapa Rian enggan menjajal investasi di pasar saham? Menurutnya, investasi jenis ini harus hati-hati dan diperhatikan secara langsung. Karena dirinya sibuk dengan aktivitas di kantor, akhirnya dia memilih investasi yang lebih praktis. "Investasi itu membutuhkan effort. Memang saya bekerjanya di pasar modal, tetapi saya tidak ada waktu untuk melihat secara detil pergerakan saham. Jadi saya lebih nyaman menggunakan tenaga profesional dan menyerahkan investasi saya dikelola melalui reksadana," katanya. Rian pun semakin menyukai instrumen yang satu ini. Buktinya, setelah masuk ke reksadana saham, dia melakukan diversifikasi dengan masuk ke jenis reksadana lainnya. Pilihannya jatuh pada reksadana pendapatan tetap dan pasar uang. Namun, bagi Rian, investasi utamanya tetap pada reksadana saham. Dia juga mengaku mulai melirik instrumen investasi lain seperti properti. Namun alokasinya minim lantaran likuiditasnya tak seluwes reksadana. Tak pernah redemption Kesukaan Rian pada reksadana ternyata membuatnya tak pernah melakukan
redemption. Sebab, dia memiliki dana siaga yang bisa dipakai tanpa mengeluarkan dana investasi. Dia juga memiliki tips berinvestasi. Salah satunya, meski pasar keuangan bergejolak, jangan ragu memanfaatkan kondisi tersebut. Sebab, investor bisa mendapatkan keuntungan yang besar di kemudian hari. Di sisi lain, tetapkan tujuan investasi. Bagi dirinya pribadi, reksadana ditujukan untuk tunjangan pensiun. Dengan mengetahui tujuan investasi, ini memudahkan investor untuk memilih instrumen yang tepat.
Selain itu, investor juga perlu mencermati perusahaan aset manajemen yang mengelola reksadana. Karena investor tetap harus memonitor kinerja reksadana. "Tapi jangan terlalu sering juga melihat kinerja reksadana, paling setahun sekali saja," jelas pria kelahiran tahun 1970 ini. Saat awal memulai investasi, Rian mengkategorikan dirinya sebagai investor agresif karena mayoritas investasi berada di reksadana saham. Namun, semakin bertambahnya usia, Rian mengkategorikan dirinya sebagai investor yang moderat. Karena ia juga memiliki reksadana jenis lain dan properti. Bagi Rian, dalam berinvestasi, yang terpenting adalah mengukur kemampuan diri sendiri. Ini akan memudahkan pilihan instrumen. "Kalau ada waktu untuk fokus berinvestasi di saham dan bisa melakukan analisa ya boleh silahkan coba beli saham. Kalau saya melihat kemampuan dan kenyamanan waktu yang saya miliki. Lebih enak melalui reksadana," kata Rian. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat