Ricky menjala berkah Piala Dunia



JaKARTA. Perusahaan pakaian dalam pemilik merek GT Man, PT Ricky Putra Globalindo Tbk, mencatatkan peningkatan penjualan maupun laba bersih. Bekal inilah yang menjadi modal Ricky lebih optimistis meraih target pertumbuhan penjualan tahun ini sebesar 15%-20% dibandingkan dengan tahun lalu.

Di pos penjualan, Ricky Putra mencatatkan penjualan  senilai Rp 330,31 miliar atau tumbuh 28,66%. Sementara laba bersihnya (bottom line) melejit 166,32% menjadi sekitar Rp 10,36 miliar.

Pertumbuhan penjualan dan laba bersih tersebut bisa jadi membawa kelegaan bagi manajemen perusahaan ini. Maklum, berdasarkan laporan keuangan tahun 2013, penjualan Ricky Putra memang masih meningkat 31,25% menjadi Rp 984,19 miliar. Namun laba bersihnya merosot 55,86% menjadi Rp 7,34 miliar.


Tirta Heru Citra, Direktur Keuangan Ricky Putra Globalindo menuturkan, kinerja perusahaan garmen ini sepanjang tiga bulan pertama tahun ini terkerek momen Piala Dunia 2014. Perusahaan ini memproduksi pakaian olahraga bertema Piala Dunia 2014 berlisensi Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA).

Mayoritas dijual ke Alfamart

Meski mengaku merasakan dampak positif dari perhelatan Piala Dunia di Brasil, Ricky Putra belum mau berbagi informasi tentang hasil penjualan pakaian olahraga berlisensi tersebut. Tirta hanya menyatakan bahwa perusahaan ini telah mendistribusikan hampir semua pakaian olahraga itu ke perusahaan ritel pemenang tender distribusi.

Pemenang tender distribusi tersebut adalah PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, pemilik jaringan gerai Alfamart. "Untuk angka penjualan, kami belum audit dan masih menunggu sampai dengan bulan Juni," ungkap Tirta kepada KONTAN, Senin  (19/5).

Asal tahu saja, gerai Alfamart memasarkan 99% produksi Ricky Putra dan sisanya dilego di toko peralatan olahraga. Perusahaan ini mengantongi lisensi FIFA untuk memproduksi 2,7 juta potong pakaian olahraga.

Berangkat dari capaian kinerja di kuartal I-2014, perusahaan berkode RICY di Bursa Efek Indonesia ini meyakini bisa mempertahankan kinerja positif pada kuartal II ini. "Minimal harapan kami, sih bisa sama dengan pendapatan triwulan pertama," kata Tirta, tanpa menyebutkan target.

Yang jelas, di periode kedua kinerja tahun ini, Ricky Putra masih memiliki amunisi berupa belanja modal Rp 70 miliar. Ini adalah sisa dari total belanja modal Rp 100 miliar, yang telah digunakan sebanyak 30% di kuartal I.

Ricky Putra memilih berstrategi dengan mengandalkan pasar domestik. Target perusahaan, sumbangsih penjualan domestik bisa mencapai 80% tahun ini, sisanya barulah dari pasar ekspor. Hingga di pengujung 2014, perusahaan ini menargetkan total penjualan tumbuh 15%-20% atau menjadi Rp 1,13 triliun-Rp 1,18 triliun.

Strategi perusahaan tersebut masih sejalan dengan historikal kinerja selama ini. Jika kembali melongok catatan keuangan kuartal I-2014, penjualan domestik mendominasi hingga 74,19% terhadap total pendapatan. Malah, penjualan garmen lokal paling unggul hingga mencetak penjualan Rp 194,91 miliar.

Meski prospek Ricky Putra terlihat cerah, tapi perusahaan ini sebenarnya memiliki kendala laten, yakni risiko nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) alias kurs. Perlu Anda ketahui, ketidakmampuan perusahaan mempertahankan pertumbuhan bottom line di tahun 2013 lantaran menanggung rugi selisih kurs.

Tahun lalu, rugi selisih kurs Ricky sampai Rp 83,59 miliar atau melesat 576,66% jika dibandingkan tahun 2012.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina