Ricky Putra Globalindo (RICY) Baru Realisasikan 60% Anggaran Capex, Ini Alasannya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY) baru menyerap belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar 60%. Direktur Ricky Putra Globalindo Tirta Heru Citra mengatakan hal itu berkaitan dengan penggunaan dana di tengah kondisi industri saat ini.

"Capex kita belum terserap semua, masih 60%. Kita belum pakai karena masih wait and see melihat perkembangan ekonomi Indonesia, khususnya industri kita," paparnya kepada Kontan, Selasa (6/12).

Tahun ini, manajemen RICY menyediakan dana belanja modal sebesar Rp 10 miliar. Dana tersebut difokuskan untuk keperluan pemeliharaan (maintenance) dan pergantian mesin agar produktivitas pabrik RICY tetap terjaga.


Produsen pakaian dalam pria dengan brand GT Man ini menargetkan mampu meraih pertumbuhan penjualan bersih sekitar 10% sampai akhir tahun nanti.

Baca Juga: Steel Pipe Industry (ISSP) Incar Pertumbuhan Penjualan 20%-30% Tahun Depan

Target ini melampaui realisasi pertumbuhan penjualan bersih RICY di tahun 2021 sebesar 7% menjadi Rp 1,3 triliun. Jika target tersebut terpenuhi, maka penjualan bersih RICY di tahun 2022 dapat mencapai kisaran Rp 1,43 triliun.

"Mengenai target tahun ini, kami masih berusaha untuk mencapainya. Kami masih optimistis melihat keadaan ekonomi yang masih tidak stabil," sambungnya.

Nyatanya, hingga kuartal III 2022 RICY menderita rugi bersih sebesar Rp20,548 miliar. Nilai ini menyusut 59,2% dibanding periode sama tahun 2021 yang tercatat sebesar Rp50,474 miliar.

Penjualan bersih menurun 12,01% menjadi Rp 901,19 miliar karena penjualan benang pintal turun 35,6% menjadi Rp 254,64 miliar. Selain itu, nilai ekspor pakaian luar menyusut 9,9% menjadi Rp 236,15 miliar. Di sisi lain, penjualan pakaian dalam ke dalam negeri tumbuh 12,8% menjadi Rp 299,42 miliar.

Baca Juga: Eastparc Hotel (EAST) Targetkan Okupansi Capai 95%-97% Saat Periode Nataru

Perseroan dapat menekan harga pokok penjualan sedalam 16,7% menjadi Rp 730,2 miliar. Sehingga laba kotor meningkat 17,12% menjadi Rp 171,74 miliar. Namun, beban usaha masih menembus Rp 153,38 miliar. Dampaknya, perseroan masih mengalami rugi sebelum pajak penghasilan sebesar Rp 18,351 miliar.

Ekuitas berkurang 6,9% menjadi Rp 282,43 miliar. Sehingga aset terkikis 0,23% menjadi Rp 1,69 triliun. Pos kewajiban bertambah 1,22% dibanding akhir tahun 2021 menjadi Rp 1,407 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi