Ricuh Pembagian Sumbangan di Yaman, 78 Orang Tewas Berdesakan



KONTAN.CO.ID - SANAA. Sedikitnya 78 orang tewas dalam sebuah kerumunan acara pembagian bantuan gratis di sebuah sekolah di ibu kota Yaman, Sanaa, pada hari Kamis (19/4).

Otoritas kesehatan Sanaa mengatakan, beberapa orang juga mengalami luka-luka, termasuk 13 orang yang berada dalam kondisi kritis.

Kericuhan terjadi selama distribusi sumbangan amal oleh pedagang di hari-hari terakhir bulan suci Ramadan. Ratusan orang memadati sekolah untuk menerima sumbangan yang berjumlah 5.000 riyal Yaman atau sekitar Rp 299 ribu.


Kanal televisi yang dikendalikan pemerintah Houthi Yaman, Al Masirah TV, menampilkan rekaman ketika kerumunan orang berdesak-desakan, beberapa berteriak dan berteriak dan mengulurkan tangan untuk ditarik ke tempat aman.

Baca Juga: Pejabat Yaman: Kami Butuh China untuk Menghentikan Perang Sipil

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Dalam Negeri Yaman mengatakan bahwa dua pedagang yang bertanggung jawab untuk mengatur acara donasi telah ditahan dan penyelidikan sedang dilakukan.

Yaman telah terlibat dalam perang saudara yang menewaskan puluhan ribu orang selama delapan tahun. Ekonomi yang runtuh mendorong jutaan orang ke jurang kelaparan.

Acara pembagian bantuan seperti ini merupakan satu kesempatan kecil bagi para penduduk untuk bisa melanjutkan hidup. 

Baca Juga: Lebaran di Arab Saudi Kemungkinan Jatuh pada Sabtu (22/4/2023), Ini Penjelasannya

Mohamed Ali al-Houthi, kepala komite revolusioner tertinggi Houthi yang didukung Iran, mengatakan bahwa kericuhan dalam pembagian bantuan itu adalah akibat dari rakyat Yaman yang menderita krisis kemanusiaan global terburuk.

"Kami menganggap negara-negara agresi bertanggung jawab atas apa yang terjadi dan atas kenyataan pahit yang dialami rakyat Yaman karena agresi dan blokade," katanya melalui Twitter.

Koalisi yang dipimpin Arab Saudi melakukan intervensi di Yaman pada 2015 setelah Houthi menggulingkan pemerintah dari ibu kota Sanaa pada 2014.

Hingga saat ini, konflik di Yaman secara luas dilihat sebagai perang proksi antara Arab Saudi dan Iran.