JAKARTA. Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Rieke Diah Pitaloka menilai tiga "kartu sakti" yang diluncurkan Presiden Joko Widodo tidak cukup untuk digunakan sebagai kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Adapun tiga kartu itu adalah Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Keluarga Sejahtera. Menurut Rieke, tiga kartu tersebut hanya ditujukan sebagai kompensasi untuk 15,5 juta rakyat Indonesia yang dikategorikan miskin. Dia mempertanyakan bagaimana nasib masyarakat kecil yang tidak masuk ke dalam kategori 15,5 juta orang tersebut, namun sebenarnya masih hidup di bawah garis kemiskinan. "Kenaikan BBM tidak hanya berdampak kepada rakyat miskin 15,5 juta orang itu saja. Pekerja formal itu jumlahnya ada 46 juta orang, informal ada 70 juta orang lebih. Bagaimana kompensasi untuk mereka?" kata Rieke di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (18/11).
Rieke: Bagaimana nasib yang tak punya kartu sakti
JAKARTA. Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Rieke Diah Pitaloka menilai tiga "kartu sakti" yang diluncurkan Presiden Joko Widodo tidak cukup untuk digunakan sebagai kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Adapun tiga kartu itu adalah Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Keluarga Sejahtera. Menurut Rieke, tiga kartu tersebut hanya ditujukan sebagai kompensasi untuk 15,5 juta rakyat Indonesia yang dikategorikan miskin. Dia mempertanyakan bagaimana nasib masyarakat kecil yang tidak masuk ke dalam kategori 15,5 juta orang tersebut, namun sebenarnya masih hidup di bawah garis kemiskinan. "Kenaikan BBM tidak hanya berdampak kepada rakyat miskin 15,5 juta orang itu saja. Pekerja formal itu jumlahnya ada 46 juta orang, informal ada 70 juta orang lebih. Bagaimana kompensasi untuk mereka?" kata Rieke di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (18/11).