KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue menjadi pilihan sejumlah bank swasta dalam mempertebal permodalannya tahun ini. Adapun beberapa di antara deretan bank swasta yang melakukan rights issue mulai awal tahun 2023 adalah PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP), PT Bank Mayapada Tbk (MAYA), PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS), PT Bank J Trust Indonesia Tbk (BCIC). Terbaru ada PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS) yang akan rights issue. Di antara deretan bank tersebut, BBKP menjadi perusahaan dengan target dana rights issue terjumbo yakni sekitar Rp 12 triliun.
Sebanyak 90% dari dana tersebut akan digunakan untuk mendukung ekspansi kredit baru di semua segmen, baik wholesales, UMKM, dan juga ritel. Sementara BMAS yang baru mengumumkan akan melakukan rights issue dengan menerbitkan saham baru sebanyak 9,8 miliar atau 52,88% dari modal disetor setelah pelaksanaan rights issue. Pelaksanaan rights issue ini ditargetkan efektif pada 20 Oktober mendatang. Menilik prospektus, BMAS mengincar dana sebesar Rp 3,50 triliun dari aksi korporasi tersebut untuk mendorong kinerja bisnis perusahaan Setidaknya dari 50% dana hasil rights issue akan digunakan untuk ekspansi kredit dan pengelolaan likuiditas, sisanya untuk meningkatkan kapabibilitas bank.
Baca Juga: Bank Maspion (BMAS) Bersiap Rights Issue, Target Jaring Dana Rp 3,50 Triliun Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian mengatakan aksi korporasi yang dilakukan bank-bank tersebut tentu akan berdampak positif, terutama pada sisi permodalan bank. Alhasil bank menjadi lebih leluasa dalam menyalurkan kredit dan memitigasi risiko kreditnya, karena memiliki modal yang tebal. "Tapi untuk prospeknya memang agak berat untuk bank-bank berskala kecil dan menengah. Sebab, suku bunga masih tinggi dan mendorong cost of fund dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK) tetap tinggi," kata Fajar kepada Kontan, Senin (11/9). Di sisi lain, Fajar mengatakan pertumbuhan kreditnya juga tidak sekencang bank-bank besar, sehingga menekan margin bunga bank bersih yang diterima. "Untuk rekomendasi bank yang fundamentalnya cukup baik ada Bank IBK. Tapi secara teknikal, sahamnya sedang downtrend, jadi sebaiknya wait and see terlebih dahulu," kata Fajar. Senada, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta menyebut bank-bank yang melakukan rights issue tersebut masih memiliki price book value (PBV) yang tinggi. "PBV masih tinggi, tapi sahamnya secara tren juga masih belum positif, beda dengan bank-bank besar, saham bank tersebut belum memiliki up trend, jadi saya not rated," kata Nafan kepada Kontan. Sementara itu Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan, jika melihat kinerjanya, bank dengan lonjakan pertumbuhan laba ditunjukkan oleh BCIC, AGRS, dan BMAS. Menurut Trioksa, ini menunjukkan adanya perbaikan signifikan dari bank dan berdampak pada peningkatan kinerja di tahun 2023. Alhasil prospek kinerja sahamnya juga akan mengikuti sesuai dengan perbaikan fundamental keuangan bank. "Sampai akhir tahun diproyeksikan terlihat masih membukukan kinerja baik. Untuk saham, sesuai perkembangan kinerja, perlu diperhatikan pergerakan saham Bank J Trust, IBK Bank, dan Bank Maspion," kata Trioksa kepada Kontan, Senin (11/9). Di sisi lain, Analis Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto menyampaikan sektor perbankan masih positif, akan tetapi kinerja masing-masing tergantung dari peforma keuangan dan manajemennya. Semakin besar modal makan semakin mudah bank tersebut melakukan usaha dan ekspansi.
Meski begitu, untuk rekomendasi saham, menurut David, PBV dari bank-bank tersebut masih tinggi. "Sehingga berdasarkan PER yang terendah adalah BCIC dan AGRS di kisaran 15-16x. Kemudian berdasarkan PBV juga BCIC di 0,7x dan AGRS di 0,77x. Jadi menurut saya merekomendasikan saham dua bank tersebut dengan target harga BCIC di Rp 165 dan AGRS di Rp 100 per saham," kata David kepada Kontan, Senin (11/9).
Baca Juga: Bank Mayapada Milik Taipan Dato Sri Tahir Siap Gelar Rights Issue 27 Miliar Saham Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat