KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (
BBTN) akan menggelar
rights issue pada Desember 2022 dengan membidik dana segar Rp 4,13 triliun. Pemerintah akan melakukan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 2,48 triliun sesuai dengan porsi kepemilikan sahamnya sebesar 60%. Prospektus final
rights issue akan segera diterbitkan dalam waktu dekat. Hingga pagi ini, BTN belum menetapkan harga pelaksanaan
rights issue. Kiwoom Sekuritas Indonesia menyakini kinerja Bank BTN akan terus meningkat tahun ini dan setelah
rights issue. Kiwoom menargetkan pendapatan bunga BTN tahun ini akan mencapai Rp 28,8 triliun atau meningkat 12% secara
year on year (YoY). Sedangkan tahun 2023 pendapatan bunga BBTN diperkirakan akan tumbuh sekitar 10% menjadi Rp 31,6 triliun.
“Selain itu, kami memproyeksi laba bersih (BBTN) Rp 3 triliun pada 2022, meningkat 26% secara YoY dengan asumsi
return on equity (ROE) sebesar 13%,” tulis Kiwoom dalam riset.
Baca Juga: BTN Sudah 3 Tahun Menghindari Penyaluran Kredit Konstruksi Apartemen Kiwoom pun memprediksi laba bersih BBTN pada 2023 menembus Rp 3,5 triliun, naik 15% secara YoY dengan rasio ROE sebesar 11%. Kiwoom memberikan rekomendasi beli saham BBTN dengan target harga Rp 2.030. Target ini setara dengan potensi kenaikan 34% dibandingkan harga penutupan BBTN akhir pekan lalu sebesar Rp 1.515 per saham. Kiwoom menyebutkan, kinerja hingga September 2022 telah sesuai target manajemen BBTN. BTN menargetkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tahunn ini sebesar 9%-10%, pertumbuhan kredit sebesar 9%-10%, NPL di bawah 3,5% dan NIM di kisaran 4,2%-4,4%. Hingga akhir kuartal ketiga 2022, BBTN mencatatkan pertumbuhan simpanan sebesar 7,41%, pertumbuhan kredit sebesar 7,18%, dan NIM telah melampaui target sebesar 4,51%.
Baca Juga: BTN Luncurkan Skema SSO, Cara Baru Bagi MBR untuk Bisa Punya Rumah Optimisme Kiwoom didasari permintaan terhadap kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi akan terus meningkat pada 2022. Hal ini dipicu kenaikan subsidi fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) pada 2023 dengan nilai Rp25,18 triliun untuk 220.000 unit rumah. Hal ini jelas positif, karena BBTN merupakan pemain utama dalam bisnis KPR bersubsidi dengan pangsa pasar terbesar. Hingga akhir September 2022, BBTN memiliki portofolio KPR sebesar Rp 242,7 triliun dengan porsi KPR subsidi sebesar Rp 129,97 triliun. Kiwoom juga menyatakan
rights issue yang akan dilakukan oleh BBTN akan menopang kinerja pada tahun depan.
Rights issue itu dinilai akan meningkatkan
capital adequacy ratio (CAR) BBTN.
Baca Juga: Menekan Biaya Dana, Bank BTN Tingkatkan Margin dan Kinerja Di sisi lain, Kiwoom juga menyoroti perbaikan struktur dana BBTN yang berdampak pada penurunan biaya dana. Hingga akhir September 2022, BBTN menghimpun dana tabungan dan giro atau
current account saving account (CASA) sebesar Rp 143,59 triliun, naik 18,7% dibandingkan setahun sebelumnya.
Hal ini mendorong komposisi CASA di antara DPK dan
wholesale funding naik menjadi 40,68%, sementara setahun sebelumnya di 36,3%. Sebaliknya porsi deposito turun menjadi 47,35% dari setahun sebelumnya 51,16%. Begitu pula
wholesale funding turun menjadi 11,37% dari sebelumnya 12,49%. “Pendanaan dari CASA akan terus bertambah sehingga BBTN bisa menekan biaya dana dan meningkatkan NIM,” tulis riset tersebut. Dengan optimisme terhadap kinerja BBTN di akhir tahun ini dan proyeksi pertumbuhan bisnis 2023, Kiwoom memberikan rekomendasi
overweight untuk saham BBTN dengan target harga Rp 2.030. Target harga tersebut merefleksikan
price to earning ratio (PER) di angka 7,2x dan
price to book value (PBV) 0,9x pada 2022. Kiwoom memprediksi PER BBTN akan naik menjadi 8,9x dan PBV naik menjadi 1x di tahun 2023. Selain itu, Kiwoom memprediksi
dividend yield BBTN akan berada di 2,8% untuk kinerja 2022 dan 3,4% di 2023. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati