Rights issue Bumi Resources Minerals (BRMS) sudah terserap hampir 100%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proses rights issue PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) memasuki tahap akhir. Sejauh ini, penyerapannya terlihat optimal.

Sejak 9 April hingga Kamis (15/4), jumlah saham BRMS yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai 92,35 miliar saham. Artinya, ada tambahan 21,34 miliar saham baru jika dibanding modal ditempatkan dan disetor BRMS per akhir Maret lalu, sebanyak 71 miliar saham.

Jumlah tambahan saham baru tersebut setara sekitar 93% dari total 22,9 miliar saham baru yang BRMS terbitkan dalam rights issue. Sehingga, hanya tersisa sekitar 1,56 miliar saham baru yang belum dicatat di BEI.


Sebagai informasi, BRMS menggunakan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) dalam aksi korporasi tersebut. Adapun periode perdagangan HMETD berlangsung mulai 1 April. Batas akhir perdagangan HMETD jatuh pada 9 April. 

Manajemen BRMS belum bisa merinci pihak mana saja yang membeli saham baru BRMS. "Karena saat ini masih difinalisasi datanya oleh KSEI dan biro administrasi efek," ujar Herwin Hidayat, Direktur BRMS kepada Kontan.co.id, Kamis (15/4).

Baca Juga: Andalkan rights issue, ini rencana ekspansi Bumi Resources Minerals (BRMS) di 2020

Yang terang, ada pemegang saham baru dalam tubuh BRMS saat ini, yakni Emirates Tarian Global. Perusahaan yang berbasis di Uni Emirat Arab tersebut saat ini memiliki 9,39 miliar saham atau setara 10,91% saham BRMS.

Jika ada sisa saham yang belum terserap, barulah pembeli siaga masuk. "Kalau ada sisa saham akan diserap pembeli siaga di pekan ketiga bulan ini," imbuh Herwin.

Hartman International dan Summer Ace merupakan pembeli siaga atawa standby buyer yang menyerap sisa saham sesuai dengan porsinya masing-masing. Hartman sepakat menyerap maksimal 6,22 miliar saham, sedang Summer Ace bersedia mengambil maksimal 16,68 miliar saham yang tidak terserap pasar.

BRMS menetapkan harga pelaksanaan Rp 70 per saham. Sehingga, dana segar yang diperoleh melalui aksi korporasi tersebut mencapai Rp 1,6 triliun. Sebanyak US$ 48 juta untuk pembangunan pabrik pengolahan bijih emas dengan kapasitas 4.000 ton per hari di Palu. 

Kemudian, sebesar US$ 23 juta untuk pengeboran di empat prospek emas untuk menambah jumlah cadangan dan sumber daya bijih di Palu. BRMS juga menyisihkan US$5,25 juta untuk pengeboran di dua prospek emas untuk menambah jumlah cadangan serta sumber daya bijih di Gorontalo.

Selanjutnya: Dapat Izin Efektif, BRMS Segera Eksekusi Rencana Rights Issue

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi