KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penggalangan dana melalui penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau
rights issue di sektor perbankan makin ramai pada semester II 2022. Beberapa bank yang siap menggelar
rights issue seperti Bank BTN, BSI, Bank Raya, Bank Victoria International, Bank Ina Perdana, Bank Bumi Arta, Bank Maspion, Bank Neo Commerce dan Bank IBK Indonesia. Sebagian besar dana yang diperoleh perbankan dari
rights issue akan digunakan untuk memperkuat permodalan, meningkatkan penyaluran kredit, pengembangan layanan digital serta operasional.
Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyoroti ramainya emiten perbankan yang menggelar
rights issue. Wawan menilai wajar jika emiten perbankan membutuhkan tambahan modal karena pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah mencapai 5,44% pada triwulan II 2022.
Baca Juga: Kinerja Adhi Karya (ADHI) Tumbuh Positif, Ini Penjelasan Manajemen "Hal ini menunjukkan aktivitas ekonomi yang pulih, secara umum bank akan membutuhkan tambahan pendanaan dan permodalan untuk melakukan ekspansi kredit yang didukung dengan penguatan teknologi," kata Wawan kepada Kontan, Senin (22/8). Secara khusus, ia juga menyebut bank digital masih dalam tahap sosialisasi dan bakar duit sehingga membutuhkan pendanaan yang masif untuk membentuk pola pikir masyarakat agar lebih familiar dengan layanan bank digital. Meski begitu, Wawan memberi catatan. Investor perlu mencermati tiga hal sebelum membeli saham emiten yang akan menggelar
rights issue. Tiga hal tersebut diantaranya, kondisi fundamental perusahaan, prospek bisnis dan tujuan penggunaan dana. Biasanya, penggunaan dana untuk ekspansi akan jauh lebih diminati ketimbang dipakai buat pembayaran utang. Dalam hal ini, perlu diperhatikan ekspansi yang akan dilakukan emiten apakah bersifat organik atau anorganik.
Baca Juga: Penggunaan Dana Rights Issue Berubah, Armada Berjaya (JAYA) Revisi Target Kinerja Sebab, mesti dipahami bahwa
rights issue tidak secara otomatis bisa memberikan tambahan profit bagi emiten, walau asetnya akan bertambah. Di sisi lain, ekspansi bisnis yang direncanakan perusahaan juga butuh waktu untuk berkembang. Selain itu, ada faktor lain yang perlu dicermati yakni keberadaan
standby buyer atau investor yang siap membeli saham baru. Rekam jejak bisnis dan kapasitas modal dari
standby buyer akan melengkapi kesuksesan
rights issue. Sementara itu Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menyebut aksi korporasi tersebut sudah disesuaikan dengan rencana bisnis masing- masing perusahaan. "Apabila rencana bisnis tersebut memiliki potensi di masa datang, tentu mereka akan melakukan
rights issue untuk mendukung rencana tersebut," kata Nico.
Baca Juga: Penuh Sentimen Positif, tapi Harga Saham Bank Amar Belum Kemana-mana Selain untuk mendukung rencana bisnis, aksi korporasi ini juga mempertimbangkan kondisi pasar serta fundamental bank. Jika
rights issue ini sejalan dengan bisnis perusahaan, maka diperkirakan minat pasar masih besar walau mereka cenderung hati - hati. Maraknya
rights issue kali ini membuat investor memiliki banyak pilihan. Baik Wawan maupun Nico merekomendasikan investor untuk mengoleksi saham-saham emiten bank BUMN seperti Bank BTN dan BSI ketimbang yang lain. Menurut Nico, jika dibandingkan bank Buku IV lain, rasio permodalan (CAR) BTN masih paling kecil. Maka
rights issue ini bisa menjadi salah satu langkah yang tepat untuk memperkuat permodalan perusahaan. "Untuk BSI, pasar syariah yang begitu besar, tentu menjadi salah satu kesempatan untuk bisa melakukan penetrasi. Apalagi,
market share saat ini masih 7% sehingga peluang untuk bertumbuh pun masih sangat besar," jelasnya.
Baca Juga: Danareksa Lakukan Transformasi Kawasan Industri Hijau Bank Ganesha akan kembali melakukan HMETD II dengan menerbitkan sebanyak - banyaknya 7,5 miliar saham baru dengan nominal Rp 100 per saham. Nilai itu setara 45,53% dari total modal yang ditempatkan dan disetor penuh perseroan.
Rencananya, rights issue tersebut akan berlangsung setelah perusahaan mengantongi persetujuan dari Rapat Umum Pemegang saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 26 September 2022 mendatang. "Sesuai ketentuan yang berlaku, pelaksanaannya paling lambat 12 bulan setelah tanggal persetujuan RUPSLB dengan memperhatikan peraturan perundangan terkait pembatasan jangka waktu pemenuhan modal inti minimum bank yang berlaku," tulis manajemen Bank Ganesha. Perusahaan akan memakai dana
rights issue untuk memperkuat struktur permodalan. Khususnya dalam rangka pengembangan usaha melalui penyaluran kredit, termasuk penyaluran kredit lewat layanan digital. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli