KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT XL Axiata Tbk (
EXCL) berencana menambah modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias
rights issue sebanyak-banyaknya 2,75 miliar saham. Jumlah tersebut setara 20,4% dari modal ditempatkan dan disetor penuh EXCL. Operator telekomunikasi akan menggunakan dana hasil
rights issue ini untuk melunasi utang dan fasilitas keuangan lainnya. Seluruh fasilitas yang rencananya akan dilunasi EXCL berjumlah sekitar Rp 7 triliun. Analis BCA Sekuritas Mohammad Fakhrul Arifin memandang,
rights issue yang akan dilaksanakan EXCL tergolong logis demi menjaga neraca yang sehat dan rasio solvabilitas. EXCL berupaya mempertahankan rasio utang bersih terhadap EBITDA di bawah 3x, sementara ketentuan dalam perjanjian utangnya sebesar 4,5x.
Baca Juga: UU Perlindungan Data Pribadi Disahkan, Begini Kesiapan Industri Dengan asumsi harga HMETD sebesar 10%-20% diskon dari harga pasar saat ini yang berada di Rp 2.550 per saham, EXCL mampu menurunkan posisi utang bersih terhadap EBITDA menjadi sekitar 2,21x-2,25x dari sebelumnya 2,7x pada semester 1 2022. Menurut Fakhrul, penurunan rasio utang ini bisa menjadi indikasi kuat bahwa EXCL bergerak ke arah yang lebih sehat. Ia memperkirakan EXCL dapat mengurangi biaya pendanaan sebesar 1%-9% per tahun secara konservatif. "Hal ini pada akhirnya akan memberikan tambahan pendapatan di tahun-tahun mendatang, meningkatkan Net Profit After Tax (NPAT) 2022/2023 sebesar 2%-20%, dan selanjutnya memberikan paparan ke ekspansi margin," tutur Fakhrul kepada Kontan.co.id, Rabu (21/9). Pemegang saham yang tidak melaksanakan HMETD-nya akan terkena dilusi saham maksimum 20,49%. Axiata Investment Bhd sebagai pemegang saham utama dengan kepemilikan 61,16% akan bertindak sebagai pembeli siaga jika tidak ada atau hanya sebagian pemegang saham yang menggunakan HMETD-nya.
Baca Juga: Emiten Berburu Modal Baru Lewat Rights Issue Lebih lanjut, perhatian terbesarnya atas saham EXCL akan bergantung pada harga pelaksanaan
rights issue yang akan diungkapkan dalam waktu dekat. Menurutnya, hal tersebut akan menahan harga saham EXCL untuk bergerak ke arah yang positif dalam waktu singkat. Di sisi lain, Fakhrul melihat aliran asing yang cukup besar masuk ke EXCL sejak pengumuman rencana jadwal HMETD. Oleh karena itu, ia mempertahankan rekomendasi buy untuk EXCL dengan target harga jangka panjang Rp 5.000 per saham. EXCL juga dipilih karena berpotensi mencatatkan efisiensi biaya yang lebih baik, peningkatan monetisasi data, peningkatan pertumbuhan pendapatan, dan ekspansi margin. "Rasionalisasi data
pricing dan layanan Fixed & Mobile Convergence (FMC) juga akan menjadi sentimen penggerak harga EXCL ke depannya," kata Fakhrul.
Baca Juga: Catatan XL Axiata Bila UU PDP Disahkan Dalam riset tanggal 26 Agustus 2022, Head of Research Sucor Sekuritas Adrianus Bias Prasuryo dan Analis Sucor Sekuritas Christofer Kojongian juga mempertahankan rekomendasi
buy untuk EXCL dengan target harga Rp 3.900 per saham. Target harga tersebut didasarkan pada valuasi rata-rata historis lima tahun pada 5,5x 2022F EV/EBITDA. Rekomendasi buy juga dipertahankan sejalan dengan kinerja EXCL yang masih sesuai dengan proyeksinya. Total pendapatan EXCL pada semester 1 2022 naik 8,5%
year on year (YoY) menjadi Rp 14,08 triliun dengan laba bersih turun laba bersih EXCL turun 14,11% yoy menjadi Rp 614,9 miliar. Selain itu, visi EXCL untuk menjadi converged operator nomor satu di Indonesia telah memperlihatkan progres. "Penetrasi layanan konvergensi EXCL yang bernama XL Satu Fiber meningkat dari 19% pada kuartal I-2022 menjadi 28% pada kuartal II-2022," tulis keduanya dalam risetnya. EXCL juga tengah dalam proses penutupan jaringan 3G dan fokus pada pengembangan jaringan 4G untuk menyediakan layanan jaringan yang lebih baik. Hanya tersisa 4.211 unit BTS 3G pada kuartal kedua 2022 dari 43.657 unit pada tahun 2021.
Baca Juga: Pasca Akuisisi LINK, XL Axiata (EXCL) Siap Melebarkan Jaringan Pita Lebar Sementara itu, jumlah BTS 4G EXCL meningkat 35% yoy menjadi 88.447 unit pada kuartal II-2022. EXCL berharap dapat mengurangi biaya perawatan dan lisensi dengan menutup BTS 3G.
Dalam riset tanggal 8 September 2022, Analis NH Korindo Sekuritas Arief Machrus menilai, dominasi BTS 4G EXCL telah mendorong jumlah pelanggan menjadi lebih dari 57 juta dengan jumlah pelanggan prabayar mendekati 56 juta. Average revenue per user (ARPU) yang meningkat menjadi Rp 38.000 pada semester pertama 2022 dari Rp 36.000 pada semester 1 2021 juga mengindikasikan peningkatan kualitas pelanggan. Arief mempertahankan rekomendasi
buy EXCL dengan target harga Rp 3.800 per saham untuk 12 bulan ke depan sejak tanggal riset tersebut. Pada perdagangan Rabu (21/9), harga saham EXCL tercatat turun 1,18% ke level Rp 2.520 per saham. "Selain pembayaran utang yang terjaga untuk dua tahun ke depan, saya juga melihat pertumbuhan pendapatan data dan peningkatan penetrasi di luar Jawa sebagai katalis positif," ucap Arief. Di sisi lain, dia terus memantau kemungkinan perlambatan ekspansi yang tidak terduga dan perang tarif antaroperator. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati