JAKARTA. Rupiah ditutup melemah. Analis menduga, ada sentimen luar negeri yang memukul kinerja mata uang Garuda. Di pasar spot, Jumat (3/7) posisi rupiah terhadap USD turun 0,13% ke level Rp 13.320 dibandingkan hari sebelumnya. Sepekan, terlihat koreksi tipis 0,09%. Berbeda dengan kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai rupiah di depan USD Jumat (3/7) naik 0,15% di level Rp 13.316 serta sepanjang pekan ini menguat 0,16%. Analis SoeGee Futures, Nizar Hilmy menjelaskan, ada dua faktor yang menyebabkan pelemahan rupiah sepanjang pekan ini. Pertama, krisis utang Yunani yang menimbulkan kepanikan terhadap pasar global. Lantas, mata uang negara-negara berkembang termasuk rupiah juga terkena imbasnya. Kedua, rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yakni Non-Farm Employment Change per Juni 2015 yang tercatat 223.000 orang. Meskipun lebih buruk ketimbang posisi bulan sebelumnya di 254.000 orang, Nizar menilai angka tersebut masih cukup bagus. "Karena masih di atas 200.000 orang. Pertumbuhan lapangan kerja AS akan menguatkan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika (The Fed)," tuturnya. Memang dari dalam negeri, pada Rabu (1/7), Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi per Juni 2015 yang tercatat 0,54%. Meskipun lebih tinggi ketimbang posisi bulan sebelumnya di 0,50%, angka tersebut merupakan inflasi bulan Juni terendah dalam lima tahun terakhir.
Rilis data AS baik, rupiah ditutup melemah
JAKARTA. Rupiah ditutup melemah. Analis menduga, ada sentimen luar negeri yang memukul kinerja mata uang Garuda. Di pasar spot, Jumat (3/7) posisi rupiah terhadap USD turun 0,13% ke level Rp 13.320 dibandingkan hari sebelumnya. Sepekan, terlihat koreksi tipis 0,09%. Berbeda dengan kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai rupiah di depan USD Jumat (3/7) naik 0,15% di level Rp 13.316 serta sepanjang pekan ini menguat 0,16%. Analis SoeGee Futures, Nizar Hilmy menjelaskan, ada dua faktor yang menyebabkan pelemahan rupiah sepanjang pekan ini. Pertama, krisis utang Yunani yang menimbulkan kepanikan terhadap pasar global. Lantas, mata uang negara-negara berkembang termasuk rupiah juga terkena imbasnya. Kedua, rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yakni Non-Farm Employment Change per Juni 2015 yang tercatat 223.000 orang. Meskipun lebih buruk ketimbang posisi bulan sebelumnya di 254.000 orang, Nizar menilai angka tersebut masih cukup bagus. "Karena masih di atas 200.000 orang. Pertumbuhan lapangan kerja AS akan menguatkan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika (The Fed)," tuturnya. Memang dari dalam negeri, pada Rabu (1/7), Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi per Juni 2015 yang tercatat 0,54%. Meskipun lebih tinggi ketimbang posisi bulan sebelumnya di 0,50%, angka tersebut merupakan inflasi bulan Juni terendah dalam lima tahun terakhir.