Rilis Sanksi Baru, Jepang Setop Ekspor Semikonduktor hingga Robot ke Rusia



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Jepang resmi memperketat sanksinya untuk Rusia. Pada hari Jumat (27/1) Jepang menambah banyak barang ke daftar larangan ekspor ke Rusia, termasuk peralatan eksplorasi gas, komponen semikonduktor, hingga sistem robotik.

Langkah ini diambil sebagai respons atas gelombang serangan rudal baru yang dilancarkan Rusia dalam beberapa pekan terakhir. Jepang juga akan membekukan aset pejabat dan entitas Rusia.

Yang terbaru, Rusia pada hari Kamis (26/1) melancarkan serangan rudal yang menewaskan sedikitnya 11 orang di Ukraina. Serangan itu dilakukan tak lama setelah AS dan Jerman menyampaikan janjinya untuk memasok tambahan tank ke Ukraina.


Baca Juga: Belum Puas dengan Tank, Ukraina Kini Berharap Mendapat Bantuan Jet Tempur

Mengutip Reuters, sanksi baru akan membuat Jepang melarang pengiriman barang ke 49 organisasi di Rusia, terutama barang yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan militer Rusia.

Barang-barang itu mencakup meriam air, peralatan eksplorasi gas, peralatan semikonduktor untuk pengembangan vaksin, peralatan pemeriksaan sinar-X, bahan peledak, dan robot.

Kementerian Perekonomian Perdagangan dan Industri Jepang mengatakan sanksi itu akan berlaku mulai 3 Februari mendatang.

"Mengingat situasi di sekitar Ukraina dan untuk berkontribusi pada upaya internasional untuk mengamankan perdamaian, Jepang akan menerapkan larangan ekspor sejalan dengan negara-negara besar lainnya," kata kementerian dalam pernyataan resminya.

Baca Juga: Latihan Militer Rusia, China, dan Afrika Selatan Akan Libatkan Rudal Hipersonik

Sebagai tambahan, Jepang juga akan membekukan aset tiga entitas dan 22 individu di Rusia. Termasuk di antaranya adalah perusahaan pesawat JSC Irkut Corp dan pembuat rudal darat-ke-udara MMZ Avangard.

Sementara itu, beberapa pejabat dan tokoh lainnya yang dekat dengan pemerintah Putin juga akan terkena dampaknya. Beberapa di antaranya adalah wakil menteri pertahanan Mikhail Mizintsev, menteri kehakiman Konstantin Chuychenko, serta 14 individu pro-Moskow yang terkait dengan aneksasi wilayah tenggara Ukraina.