Rilis unitlink, asuransi umum tunggu aturan teknis



JAKARTA. Nasabah yang ingin memiliki produk asuransi umum berbalut investasi masih perlu bersabar. Perusahaan asuransi rupanya masih ragu merilis produk ini karena menilai aturan mainnya belum jelas.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Julian Noor mengatakan, poin yang dianggap sudah jelas dari aturan main unitlink bagi asuransi umum ini baru soal produk dasar yang bisa dikaitkan dengan investasi, seperti asuransi kecelakaan diri. Namun aturan lain yakni konsekuensi perusahaan asuransi umum yang berniat memasarkan produk unitlink belum jelas.

AAUI berharap ada aturan teknis yang melengkapi poin tersebut. "Salah satunya akan ada konsekuensi berupa sertifikasi penjual," kata Julian, pekan ini.


Sebab tidak sembarang orang bisa memasarkan produk tersebut. Harus ada sertifikasi dari penjual untuk memasarkannya ke kosumen. Dari sisi kanal distribusi, jika selama ini perusahaan asuransi umum menggunakan broker, direct marketing, agen, dan lembaga keuangan lain, maka mereka harus mengantongi sertifikasi bila ingin menjual unitlink.

Selain itu, pelaku usaha juga harus menyiapkan sumber daya manusia ataupun kerjasama yang berhubungan dengan pengelolaan investasi. Misal, memiliki aktuaris sendiri dan teknologi informasi yang mumpuni untuk memantau pergerakan investasi. Bisa juga perusahaan asuransi umum bekerja sama dengan fund manager yang bisa mengelola investasi nasabah.

Direktur Utama PT Asuransi Binagriya Dadang Sukresna mengakui, peluang untuk memasarkan unitlink cukup menarik. Namun perlu ada aturan teknis yang melengkapi aturan unitlink asuransi umum.

PT Asuransi Sinar Mas (ASM) berminat serius memasarkan produk unitlink. Direktur ASM Dumasi MM Samosir bilang, pihaknya sudah menyiapkan beberapa produk untuk dipasarkan.

Tapi karena belum adanya aturan teknis, rencana ASM belum terealisasi. Yang pasti, bila aturan teknis tersebut sudah dirilis, perusahaan ini telah siap memasarkannya. "Kalau aturan teknisnya sudah sesuai dengan produk yang kami siapkan bisa langsung dipasarkan," kata Dumasi.

Soal potensi, Dumasi menilai prospeknya cukup besar. Sebab, minat masyarakat dalam berinvestasi makin lama makin meningkat. Dus, bila bisa dipasarkan tahun ini akan membantu ASM mencapai target premi sebesar Rp 5,8 triliun atau naik lebih dari 10% dari tahun 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie