TORONTO. Research In Motion Ltd (RIM) mengumumkan, pihaknya siap menawarkan lisensi operating system BlackBerry 10 teranyar mereka kepada manufaktur lain. Hal ini tetap dilakukan meskipun RIM tengah berpacu untuk merilis perangkat BlackBerry 10 dengan softwarenya pada awal tahun depan. Menurut Chief Executive Officer RIM Thorsten Heins, platform terbaru tersebut saat ini sedang berada pada tahap uji coba akhir. RIM juga tengah mempertimbangkan bagaimana perusahaan lain dapat menggunakan software tersebut di beragam produk. Software BlackBerry 10 diciptakan pada perangkat lunak yang disebut QNX, yang biasa digunakan pada mobil, pembangkit nuklir, dan pesawat militer."QNX sudah memiliki lisensi pada sektor otomotif. Kami dapat juga melakukannya pada BB10 jika kami memilih untuk melakukan itu. Platform ini dapat dilisensi," jelas Heins, yang sudah menggunakan ponsel BB10 dalam kegiatannya.BB10 digadang-gadang memiliki kemampuan web browser dan perpindahan aplikasi yang lebih baik dibanding pendahulunya. Perangkat ini diluncurkan RIM sebagai upaya untuk merebut kembali pangsa pasarnya dari Apple Inc dan Google Inc. Dengan memberikan lisensi software terbarunya kepada manufaktur, hal itu akan mendongkrak tingkat kepercayaan investor pada operating system RIM. Sekadar informasi, tingkat penjualan global BlackBerry anjlok 43% pada kuartal lalu. Salah satu sebabnya, jajaran perangkat RIM gagal mengungguli pesona ponsel Android serta iPhone keluaran Apple. "BB10 akan mengubah keberuntungan RIM. Kami disini untuk menang. Kami tidak berjuang untuk posisi ketiga atau ke empat," jelas heins. BlackBerry 10 mewakili awal baru bagi RIM, yang sudah melepas software lamanya untuk menciptakan operating system yang baru. Software terbaru itu menggunakan teknologi dari QNX Software System, yang diakuisisi RIM dari Harman International Industries Inc senilai US$ 200 juta pada 2010 lalu. Software ini sebelumnya sudah digunakan oleh sejumlah perusahaan besar, mulai dari Cisco Systems Inc, General Electric Co, hingga Caterpillar Inc.
RIM siap menawarkan lisensi platform BlackBerry 10
TORONTO. Research In Motion Ltd (RIM) mengumumkan, pihaknya siap menawarkan lisensi operating system BlackBerry 10 teranyar mereka kepada manufaktur lain. Hal ini tetap dilakukan meskipun RIM tengah berpacu untuk merilis perangkat BlackBerry 10 dengan softwarenya pada awal tahun depan. Menurut Chief Executive Officer RIM Thorsten Heins, platform terbaru tersebut saat ini sedang berada pada tahap uji coba akhir. RIM juga tengah mempertimbangkan bagaimana perusahaan lain dapat menggunakan software tersebut di beragam produk. Software BlackBerry 10 diciptakan pada perangkat lunak yang disebut QNX, yang biasa digunakan pada mobil, pembangkit nuklir, dan pesawat militer."QNX sudah memiliki lisensi pada sektor otomotif. Kami dapat juga melakukannya pada BB10 jika kami memilih untuk melakukan itu. Platform ini dapat dilisensi," jelas Heins, yang sudah menggunakan ponsel BB10 dalam kegiatannya.BB10 digadang-gadang memiliki kemampuan web browser dan perpindahan aplikasi yang lebih baik dibanding pendahulunya. Perangkat ini diluncurkan RIM sebagai upaya untuk merebut kembali pangsa pasarnya dari Apple Inc dan Google Inc. Dengan memberikan lisensi software terbarunya kepada manufaktur, hal itu akan mendongkrak tingkat kepercayaan investor pada operating system RIM. Sekadar informasi, tingkat penjualan global BlackBerry anjlok 43% pada kuartal lalu. Salah satu sebabnya, jajaran perangkat RIM gagal mengungguli pesona ponsel Android serta iPhone keluaran Apple. "BB10 akan mengubah keberuntungan RIM. Kami disini untuk menang. Kami tidak berjuang untuk posisi ketiga atau ke empat," jelas heins. BlackBerry 10 mewakili awal baru bagi RIM, yang sudah melepas software lamanya untuk menciptakan operating system yang baru. Software terbaru itu menggunakan teknologi dari QNX Software System, yang diakuisisi RIM dari Harman International Industries Inc senilai US$ 200 juta pada 2010 lalu. Software ini sebelumnya sudah digunakan oleh sejumlah perusahaan besar, mulai dari Cisco Systems Inc, General Electric Co, hingga Caterpillar Inc.