Kebutuhan wanita untuk tampil cantik tidak mengenal hari libur. Demikian prinsip Rima Wira Sakti dalam mengembangkan Itje Her Hair and Beauty Salon. Berkat moto itu, Rima mengembangkan usaha warisan menjadi lima gerai salon modern.Rima berkenalan dengan usaha salon sejak berstatus siswa SMP. Sebagai satu-satunya anak perempuan dari Itje Herdjadiono, pendiri Itje Her Hair, Rima kebagian tanggung jawab untuk mengurusi keuangan dan administrasi salon ibundanya.Itje, sang Ibunda Rima, merintis usaha salon di tahun 1980-an, dengan memanfaatkan satu ruangan di rumahnya. Kesederhanaan salon Itje saat itu terlihat dari minimnya perabot yang tersedia, hanya empat meja, kursi tunggu pelanggan, serta satu kaca.Saat pertama kali beroperasi, Itje sendiri yang langsung mengerjakan seluruh perawatan bagi konsumen, seperti potong rambut, sanggul, make up, hingga creambath. Konsep Itje Her Hair, yang lokasi pertamanya di Cilandak itu, adalah salon rumahan khusus perempuan dan tidak tutup di hari libur.Konsep sederhana yang diterapkan sang ibu, menurut Rima, merupakan kunci sukses yang masih ia pegang hingga sekarang. Ia menjelaskan, salon cuma menyasar perempuan, sesuai dengan permintaan Herdjadiono, suami Itje. Waktu Itje yang lowong memungkinkannya untuk mengoperasikan salon, di hari libur sekali pun.Selain mengurus administrasi dan uang, tentu, Rima juga mendapat warisan ilmu tata rias dari sang ibu. Melihat minat sang anak, Itje dan suami lantas mengarahkan Rima sebagai penerus usaha salon. Langkah yang disiapkan adalah menyekolahkan sang putri ke Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Indonesia.Ketika masih berada di tangan generasi pertama, Itje Her Hair telah berkembang menjadi dua salon, yang masih berkonsep rumahan. Tapi, jumlah karyawan sudah sekitar 20 orang. “Salon kedua menempati rumah warisan nenek,” tutur Rima.Rima baru memegang kendali pengelolaan Itje Her Hair setelah lulus kuliah, tahun 1999. Melihat jam magang Rima sebagai pengelola salon yang sudah panjang, Itje yakin sang putri mampu, kendati baru lulus kuliah. Rima sendiri sudah tak sabar mengubah salon, yang saat itu sudah berumur 10 tahunan itu, menjadi salon modern.Tanpa iklanAgenda modernisasi salon yang digulirkan perempuan berusia 36 tahun itu adalah memisahkan pengeluaran kedua salon, dari pengeluaran pribadi dan keluarga. Rima menilai, penyatuan “dapur” salon dan keluarga sebagai kendala ekspansi bisnis salon.Jika kedua Itje Her Hair di masa ibundanya berdiri di daerah perumahan, Rima berhasrat membangun salon di daerah bisnis. Tiga salon yang dibidani Rima terletak di daerah bisnis: Cipete Raya dan Bintaro Raya, Jakarta Selatan.Kedua salon lama tidak luput dari renovasi. Rima mengubah bangunan salon menjadi semacam ruko berlantai empat. Untuk ekspansi itu, ia harus membeli dua rumah tetangganya serta sisa lahan yang diwariskan sang nenek.Rima juga melakukan regenerasi karyawan untuk mengimbangi bisnis yang terus berlanjut. Sebagai pelatih karyawan baru, Rima meminta sang ibunda turun gunung, serta seorang karyawan yang sudah bekerja selama 20 tahun.Untuk menjadi salon modern, Itje Her Hair tentu membutuhkan standar layanan. Bentuk perawatan yang ditawarkan pun bertambah. Itje Her Hair kini menawarkan aneka perawatan, dari kepala sampai kaki, baik yang klasik maupun modern. Perawatan klasik itu maksudnya seperti cuci dan potong rambut serta creambath. Adapun perawatan modern seperti manicure, pedicure, pewarnaan rambut, pijat, lulur, dan cukur bulu seluruh badan, totok aura, atau rias pengantin. “Ada puluhan treatment saat ini. Tarif mulai dari Rp 25.000 sampai ratusan ribu,” tambah Rima.Modernisasi tak berarti Rima melupakan kunci sukses salon, yakni buka lebih awal, tutup lebih akhir, dan buka saat hari libur. Itje Her Hair beroperasi sejak jam tujuh pagi hingga delapan malam, dan hanya libur di hari pertama dan kedua Lebaran. Konsep salon khusus untuk wanita dan mempergunakan karyawan kecantikan wanita juga tetap dipertahankan. Rima beralasan, masih banyak wanita yang merasa lebih nyaman jika mendapat perawatan dari sesama wanita juga. “Masih banyak yang risih kalau harus campur satu ruangan dengan tamu pria,” ujar wanita yang memiliki tiga putra ini.Itje Her Hair, yang kini membidik masyarakat kelas menengah ke atas, memiliki rata-rata pengunjung 5.000 orang per minggu di kelima gerainya. Jumlah pengunjung salon Itje Her Hair, sejak di tangan Rima, meningkat hingga 50 kali lipat.Padahal, selama hampir 20 tahun beroperasi, Itje Her Hair cuma mengandalkan promosi dari mulut ke mulut. Salon tersebut cuma sekali beriklan di media masa. “Waktu itu saya mendapat jatah beriklan satu halaman penuh di Femina dan Gadis, sebagai sponsor tata rias untuk program Wajah Femina dan Gadis Sampul,” tutur Itje.Terbukti, kan, bisnis estafet dari orang tua bisa dikembangkan dengan ide-ide baru? Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Rima mencampur jurus modern dan resep sederhana
Kebutuhan wanita untuk tampil cantik tidak mengenal hari libur. Demikian prinsip Rima Wira Sakti dalam mengembangkan Itje Her Hair and Beauty Salon. Berkat moto itu, Rima mengembangkan usaha warisan menjadi lima gerai salon modern.Rima berkenalan dengan usaha salon sejak berstatus siswa SMP. Sebagai satu-satunya anak perempuan dari Itje Herdjadiono, pendiri Itje Her Hair, Rima kebagian tanggung jawab untuk mengurusi keuangan dan administrasi salon ibundanya.Itje, sang Ibunda Rima, merintis usaha salon di tahun 1980-an, dengan memanfaatkan satu ruangan di rumahnya. Kesederhanaan salon Itje saat itu terlihat dari minimnya perabot yang tersedia, hanya empat meja, kursi tunggu pelanggan, serta satu kaca.Saat pertama kali beroperasi, Itje sendiri yang langsung mengerjakan seluruh perawatan bagi konsumen, seperti potong rambut, sanggul, make up, hingga creambath. Konsep Itje Her Hair, yang lokasi pertamanya di Cilandak itu, adalah salon rumahan khusus perempuan dan tidak tutup di hari libur.Konsep sederhana yang diterapkan sang ibu, menurut Rima, merupakan kunci sukses yang masih ia pegang hingga sekarang. Ia menjelaskan, salon cuma menyasar perempuan, sesuai dengan permintaan Herdjadiono, suami Itje. Waktu Itje yang lowong memungkinkannya untuk mengoperasikan salon, di hari libur sekali pun.Selain mengurus administrasi dan uang, tentu, Rima juga mendapat warisan ilmu tata rias dari sang ibu. Melihat minat sang anak, Itje dan suami lantas mengarahkan Rima sebagai penerus usaha salon. Langkah yang disiapkan adalah menyekolahkan sang putri ke Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Indonesia.Ketika masih berada di tangan generasi pertama, Itje Her Hair telah berkembang menjadi dua salon, yang masih berkonsep rumahan. Tapi, jumlah karyawan sudah sekitar 20 orang. “Salon kedua menempati rumah warisan nenek,” tutur Rima.Rima baru memegang kendali pengelolaan Itje Her Hair setelah lulus kuliah, tahun 1999. Melihat jam magang Rima sebagai pengelola salon yang sudah panjang, Itje yakin sang putri mampu, kendati baru lulus kuliah. Rima sendiri sudah tak sabar mengubah salon, yang saat itu sudah berumur 10 tahunan itu, menjadi salon modern.Tanpa iklanAgenda modernisasi salon yang digulirkan perempuan berusia 36 tahun itu adalah memisahkan pengeluaran kedua salon, dari pengeluaran pribadi dan keluarga. Rima menilai, penyatuan “dapur” salon dan keluarga sebagai kendala ekspansi bisnis salon.Jika kedua Itje Her Hair di masa ibundanya berdiri di daerah perumahan, Rima berhasrat membangun salon di daerah bisnis. Tiga salon yang dibidani Rima terletak di daerah bisnis: Cipete Raya dan Bintaro Raya, Jakarta Selatan.Kedua salon lama tidak luput dari renovasi. Rima mengubah bangunan salon menjadi semacam ruko berlantai empat. Untuk ekspansi itu, ia harus membeli dua rumah tetangganya serta sisa lahan yang diwariskan sang nenek.Rima juga melakukan regenerasi karyawan untuk mengimbangi bisnis yang terus berlanjut. Sebagai pelatih karyawan baru, Rima meminta sang ibunda turun gunung, serta seorang karyawan yang sudah bekerja selama 20 tahun.Untuk menjadi salon modern, Itje Her Hair tentu membutuhkan standar layanan. Bentuk perawatan yang ditawarkan pun bertambah. Itje Her Hair kini menawarkan aneka perawatan, dari kepala sampai kaki, baik yang klasik maupun modern. Perawatan klasik itu maksudnya seperti cuci dan potong rambut serta creambath. Adapun perawatan modern seperti manicure, pedicure, pewarnaan rambut, pijat, lulur, dan cukur bulu seluruh badan, totok aura, atau rias pengantin. “Ada puluhan treatment saat ini. Tarif mulai dari Rp 25.000 sampai ratusan ribu,” tambah Rima.Modernisasi tak berarti Rima melupakan kunci sukses salon, yakni buka lebih awal, tutup lebih akhir, dan buka saat hari libur. Itje Her Hair beroperasi sejak jam tujuh pagi hingga delapan malam, dan hanya libur di hari pertama dan kedua Lebaran. Konsep salon khusus untuk wanita dan mempergunakan karyawan kecantikan wanita juga tetap dipertahankan. Rima beralasan, masih banyak wanita yang merasa lebih nyaman jika mendapat perawatan dari sesama wanita juga. “Masih banyak yang risih kalau harus campur satu ruangan dengan tamu pria,” ujar wanita yang memiliki tiga putra ini.Itje Her Hair, yang kini membidik masyarakat kelas menengah ke atas, memiliki rata-rata pengunjung 5.000 orang per minggu di kelima gerainya. Jumlah pengunjung salon Itje Her Hair, sejak di tangan Rima, meningkat hingga 50 kali lipat.Padahal, selama hampir 20 tahun beroperasi, Itje Her Hair cuma mengandalkan promosi dari mulut ke mulut. Salon tersebut cuma sekali beriklan di media masa. “Waktu itu saya mendapat jatah beriklan satu halaman penuh di Femina dan Gadis, sebagai sponsor tata rias untuk program Wajah Femina dan Gadis Sampul,” tutur Itje.Terbukti, kan, bisnis estafet dari orang tua bisa dikembangkan dengan ide-ide baru? Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News