JAKARTA. Gara-gara bisnis inti lesu, PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO) merombak strategi. Sebagai gebrakan awal, peritel ini banting setir ke bisnis properti. Rencananya, RIMO akan mencaplok perusahaan properti PT Hokindo Mediatama. Perusahaan ini merupakan pengembang properti di kawasan perkotaan antara lain Jakarta, Cianjur, Serang, Sumbawa, Kendari, Balikpapan, Pontianak dan Bekasi. Selain itu, Hokindo akan mendiversifikasi usaha dengan mengembangkan apartemen, mall, superblok, pergudangan serta perumahan. Nilai akuisisi 99,99% saham Hokindo mencapai Rp 6,25 triliun. Untuk mendanai akuisisi tersebut, RIMO berencana menerbitkan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias
rights issue.
Hajatan ini terbilang jumbo, lantaran perusahaan akan menerbitkan sebanyak 30,6 miliar saham. Harga pelaksanaan
rights issue Rp 265 per saham. Artinya, RIMO berpeluang meraup dana sebesar Rp 8,1 triliun. Sebelum hajatan ini, perseroan lebih dahulu akan menambah modal. Saat ini, modal dasar RIMO hanya 960 juta saham atau setara Rp 240 miliar. Sementara, total modal saham ditempatkan dan disetor penuh sebesar 340 juta saham. Nah, RIMO akan menambah modal dasar sebanyak 119,04 miliar saham dengan nilai nominal Rp 250 per saham. Nantinya, setelah rights issue, total modal dasar perusahaan menjadi 120 miliar saham atau setara Rp 30 triliun. Rencananya, Haven Capital Pte Ltd akan bertindak sebagai pembeli siaga pada rights issue RIMO. Perusahaan hedge fund asal Singapura ini berpotensi menjadi pemegang saham terbesar. Maklum, apabila pemegang saham lama tidak mengeksekusi haknya, Haven Capital akan menjadi pemegang saham terbesar dengan kepemilikan 98,9%. Porsi saham publik akan menyusut menjadi 0,43%. "Namun, kami tetap akan menambah kepemilikan saham publik dan mematuhi kepemilikan saham bukan pengendali minimal 7,5%," janji Charlie Salim, Direktur Utama PT Rimo International Lestari. Target untung di 2016 Dengan adanya lini bisnis anyar di sektor properti, manajemen RIMO percaya diri bisa mencetak keuntungan pada tahun depan. Seperti diketahui, selama ini, kinerja perusahaan seret lantaran bisnis utama di sektor ritel hasilnya memble. Lihat saja, sepanjang kuartal I-2015, RIMO hanya mampu membukukan penjualan bersih sejumlah Rp 19 juta. Performa tersebut turun 25,12% dibandingkan dengan penjualan bersih pada periode yang sama tahun lalu. Dus, per akhir Juni 2015, RIMO merugi senilai Rp 3,97 miliar, naik dibandingkan rugi pada periode sama tahun lalu sekitar Rp 2,11 miliar. Sepanjang tahun lalu, perusahaan tercatat merugi hingga Rp 4,7 miliar. Manajemen RIMO memproyeksikan, sumber cuan pada tahun depan bakal berasal dari lini bisnis barunya. Perusahaan memperkirakan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi alias earning before interest, tax, depreciation, and amortization (EBITDA) tahun 2016 sebesar Rp 141 miliar.
Wajar, emiten ini akan memaksimalkan bisnis propertinya melalui Hokindo. Lihat saja, rencana perusahaan menggunakan Rp 1,72 triliun dana hasil rights issue untuk menyuntik modal Hokindo serta anak usahanya, yakni Benua Land Sejahtera. RIMO akan menambah porsi kepemilikan di Benua Land yang semula 61,7% menjadi 99,99%. Selanjutnya, sisa dana rights issue akan dimanfaatkan untuk membayar utang senilai Rp 67 miliar, serta modal kerja sebesar Rp 7 miliar. Kabarnya, perseroan juga tak menutup kemungkinan mengubah sektor bisnisnya dari bidang ritel menjadi perusahan investasi. Bahkan, RIMO sudah berencana melepas tiga anak usahanya di bidang ritel. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia