Menembus pasar internasional memang bukanlah perkara yang mudah, namun hal itu bukanlah mustahil dilakukan oleh produk asal Indonesia. Salah satu merek lokal yang berhasil menembus pasar international adalah Kebab Turki Baba Rafi. Usahanya dalam merebut simpati konsumen negeri jiran Malaysia dan Filipina sejak dua tahun lalu kini berbuah hasil. Usaha yang dirintis Hendy Setiono pada tahun 2003 lalu dari kota Surabaya itu, kini berhasil memiliki 15 outlet di Malaysia dan lima outlet di Filipina. Secara total, hingga akhir tahun ini, outlet makanan khas Timur Tengah rasa Indonesia ini ditargetkan mencapai masing-masing menjadi 100 unit.
Selain di kedua negara tadi, saat ini, Hendy juga berniat mengembangkan usahanya ke negara lain seperti India dan Hong Kong. Tak hanya di kawasan Asia, Baba Rafi berniat menaklukkan negara lain di Eropa, misalnya Belanda. Hendy berkisah, agar usahanya diterima oleh lidah warga negara tetangga, prosesnya tak segampang membalikkan telapak tangan. Jalan panjang untuk menyeberang ke negeri asal Upin dan Ipin ini sudah ia rintis sejak dua tahun silam. Namun, usahanya yang pertama itu gagal karena pengalamannya kurang. Baba Rafi tak patah arang. Hendy menggandeng Wardour and Oxford. Wardour adalah sebuah perusahaan konsultan pengembangan bisnis, yang membantu para pengusaha dan perusahaan-perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya di negara berbeda. "Tawaran kerjasama dari Wardour saya manfaatkan, dan akhirnya produk kami diterima di Malaysia," ujarnya. Hendy mengakui sangat sulit untuk meyakinkan pemerintah Malaysia dan para pengusaha di sana agar menerima produk dari negara luar, termasuk dari Indonesia. Kerja sama yang dibuatnya dengan Wardour menjadi kunci yang selama ini untuk membuka pintu bisnis di Malaysia dan Filipina. Melalui Wardour, kemudian Baba Rafi membuat kerjasama dengan pengusaha lokal Malaysia dan Filipina untuk menjadi master franchise. Adapun nilai investasi yang ditawarkan baba Rafi mencapai Rp 1 miliar. Dengan nilai Investasi sebesar itu, pemegang Master Franchise akan memiliki beberapa keuntungan. Di antaranya adalah memiliki lisensi untuk menjual kembali ke pengusaha lokal setempat.
Dari investasinya itu, Baba Rafi kemudian mendapatkan royalty fee setiap tahun. Hendy mengaku, harga franchise dari setiap negara berbeda, tergantung jumlah penduduknya, bila jumlahnya semakin banyak, harganya semakin mahal. Chief Executive Officer (CEO) Wardour, Wempy Dyocta Koto mengatakan, pihaknya hanya membantu menjembatani Baba Rafi dengan pengusaha negara yang akan dituju. "Kami mengurusi semua perizinan dengan pemerintah setempat," ujarnya. Dengan begitu, Hendy sebagai Owner Baba Rafi hanya tinggal mengurus kerja sama teknis dengan pengusaha pemegang master franchise. Kini, Baba Rafi sudah bisa merasakan untung dalam Ringgit Malaysia juga Peso Filipina. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Havid Vebri