KONTAN.CO.ID - MELBOURNE. Raksasa tambang Australia, Rio Tinto, akan menjual lagi aset tambangnya. Kali ini yang akan dilepas, aset tambang batubara di tambang tambang Hail Creek dan Kestrel, Australia. Sumber
Bloomberg mengatakan, penjualan aset tambang batubara tersebut bisa mencapai lebih dari A$ 2 miliar atau setara dengan US$ 1,5 miliar. Sejumlah investor berminat. Di antaranya, Glencore Plc dan Apollo Global Management LLC. Peminat lain, Whitehaven Coal Ltd dan South32 Ltd juga telah membuat penawaran indikatif atas tambang Hail Creek dan Kestrel. EMR Capital Advisors Pty juga dikabarkan juga tertarik.
Batas akhir pengajuan penawaran harga adalah pada bulan ini. Menurut sumber
Bloomberg, para calon pembeli tambang Rio Tinto itu bersiap memasuki putaran kedua proses penjualan, yang mencakup presentasi dan kunjungan lapangan, sebelum menentukan penawaran akhir. Penjualan akan memungkinkan Rio Tinto, penambang terbesar kedua di dunia ini menyelesaikan jalan keluar dari bisnis batubara dan melanjutkan program divestasi aset yang telah mengembalikan dana lebih dari US$ 7 miliar sejak 2013 silam. Telah jual aset di Australia Tahun ini Rio Tinto sepakat menjual aset tambang di Australia senilai US$ 2,69 miliar ke perusahaan yang dikendalikan perusahaan asal China, Yanzhou Coal Mining Co.
Rebound harga logam dan harga energi membuka jalan bagi Rio Tinto mendapatkan tambahan uang dari penjualan aset. Perwakilan Rio Tinto, Whitehaven, EMR Capital dan Glencore menolak berkomentar soal penjualan aset tambang batubara ini. Jurubicara South32 dalam surat tanggapan kepada
Bloomberg mengatakan, pihaknya akan mengidentifikasi peluang baru di luar portofolionya. Namun dia menolak berkomentar mengenai aset Rio Tinto.
Apollo yang berbasis di New York mengajukan penawaran bersama dengan Xcoal Energy & Resources LLC dan Canadian Pension Plan Invesment Board. Perwakilan XCoal Energy tidak menanggapi permintaan komentar dari Bloomberg. Appolo dan CPPIB juga menolak memberi tanggapan. Rio Tinto menguasai 82% saham tambang Hail Creek di negara bagian Queensland. Dalam situs perusahaan menyebutkan, tambang tersebut menghasilkan 10 juta metrik ton batubara per tahun. Rio Tinto juga memiliki 80% saham Kestrel yang memproduksi 5 juta ton batubara kokas dan thermal pada tahun 2016. Proses penjualan yang dibantu Credit Suisse Group AG ini juga termasuk proyek batubara Valeria dan Winchester South di negara bagian Queensland. Pada September 2017 lalu, Rio Tinto meningkatkan proyeksi cadangan batubara di Kestrel sebanyak 62 juta ton menjadi 185 juta ton. Sebab ada batubara semi
soft coking dan batubara thermal yang ditemukan di dekat lokasi tambang Kestrel.
Editor: Rizki Caturini