KONTAN.CO.ID - Risalah rapat kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) pada Desember 2025 yang dirilis Selasa (30/12/2025) diperkirakan akan mengungkap perbedaan pandangan yang semakin tajam di internal bank sentral Amerika Serikat (AS) terkait arah suku bunga ke depan. Melansir
Reuters, risalah rapat The Fed pada 9–10 Desember tersebut mencerminkan ketidaksepakatan para pembuat kebijakan saat memutuskan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran 3,50%–3,75%. Keputusan itu diambil melalui pemungutan suara 9-3, dengan tiga anggota menyatakan dissent.
Baca Juga: Bursa Global Menuju Penutupan Tahun Kuat, Perak Stabil Usai Koreksi Tajam Dua presiden bank sentral regional, yakni Presiden The Fed Kansas City Jeffrey Schmid dan Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee menilai tidak perlu ada pemangkasan suku bunga. Sementara itu, Gubernur The Fed Stephen Miran justru kembali mendorong pemangkasan lebih agresif sebesar 50 basis poin, untuk ketiga kalinya sejak bergabung dengan The Fed pada September lalu. Ketua The Fed Jerome Powell mengakui adanya perbedaan pandangan yang kuat di antara para pejabat bank sentral. Ia menyebut, kondisi saat ini tidak lagi mencerminkan situasi normal di mana seluruh anggota sepakat terhadap arah kebijakan. “Ini bukan situasi di mana semua orang sepakat mengenai arah dan langkah kebijakan. Ada pandangan yang sangat kuat mengenai risiko mana yang perlu lebih mendapat perhatian,” ujar Powell usai rapat.
Baca Juga: China Kepung Taiwan, Latihan Perang Terbesar Sejak 2022 Powell menegaskan, meskipun terdapat perbedaan pendapat, keputusan pemangkasan suku bunga tersebut tetap mencerminkan dukungan yang cukup luas dan memberi ruang bagi The Fed untuk bersikap menunggu dan melihat perkembangan ekonomi selanjutnya. Proyeksi suku bunga The Fed menunjukkan bahwa sejumlah pejabat masih bersikap hawkish. Enam dari 19 pembuat kebijakan memperkirakan suku bunga acuan akan berada di level 3,9% pada akhir 2025, lebih tinggi dari posisi pasca-pemangkasan Desember. Untuk 2026, perbedaan pandangan bahkan terlihat lebih lebar. Sebagian pejabat menilai tidak diperlukan pemangkasan suku bunga sama sekali, sementara yang lain mendukung satu hingga beberapa kali penurunan suku bunga. Sejumlah data ekonomi terbaru yang dirilis setelah keputusan tersebut cenderung mendukung pandangan dovish, meski ekonom mengingatkan reliabilitas data tersebut perlu dicermati karena terdampak penutupan sementara pemerintah AS.
Baca Juga: Ilmuwan Ungkap, 2025 Masuk Tiga Besar Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah Inflasi AS, berdasarkan indeks harga konsumen (CPI), tercatat naik 2,7% secara tahunan pada November, relatif lebih rendah. Namun, sebagian besar data harga dikumpulkan pada paruh kedua bulan tersebut, ketika pemerintah kembali beroperasi dan retailer menawarkan diskon akhir tahun.
Sementara itu, tingkat pengangguran naik ke 4,6%, meski angka tersebut dihitung menggunakan metodologi khusus akibat terbatasnya pengumpulan data selama penutupan pemerintah. Risalah rapat The Fed dijadwalkan dirilis pada pukul 14.00 waktu setempat atau 02.00 WIB, dan diperkirakan akan menjadi acuan penting bagi pelaku pasar dalam membaca arah kebijakan suku bunga AS ke depan.