KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan modal ventura, East Ventures baru saja merilis riset Digital Competitiveness Index 2020 (EV-DCI). Partner East Ventures Melisa Irene menyatakan hasil riset ini menunjukkan, semakin tingginya digitalisasi membuat banyak kantor cabang bank tutup. Riset ini memaparkan, pada tahun 2016 jumlah kantor cabang bank sebanyak 32.846 unit. Sedangkan pada 2019 jumlah kantor cabang bank tinggal 31.207 unit. Artinya terdapat 1.639 unit kantor cabang perbankan yang tutup. Rinciannya kantor cabang yang tutup ialah tujuh unit kantor pusat, tiga unit kantor pusat non operasional, 19 unit kantor cabang, 1.145 kantor cabang pembantu, dan 465 unit kantor kas.
Baca Juga: East Ventures menargetkan himpun dana US$ 88 juta untuk start up baru pasca lockdown Penutupan kantor cabang bank paling banyak terjadi di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah. “Salah satu hipotesis kita, kalau tadinya butuh banyak orang untuk membuat sebuah akun bank, ternyata dengan digitalisasi kita bisa potong jalurnya, semua bisa dilakukan secara online. Begitupun untuk penarikan dan sebagainya tidak perlu mendatangi kantor cabang,” ujar Irene melalui video conference, Rabu (12/8). Irene menyebut lewat digitalisasi, perbankan bisa lebih efisien secara biaya operasional. Sedangkan bagi nasabah ikut termudahkan utamanya di daerah yang letak kantor cabang berjauhan. “Ini adalah dampak yang jelas. Dengan adanya fintech, ini akan disrupsi kegiatan perbankan yang terjadi,” papar Irene. Riset ini memperkirakan penutupan kantor bank akan terus berlanjut di masa mendatang. Riset ini mengungkapkan transaksi perbankan melalui SMS maupun
mobile banking dan internet banking pada 2018 tumbuh 92% menjadi Rp 22.570,2 triliun dari posisi 2014 yang baru mencapai Rp 11,737,7 triliun. Nilai transaksi SMS/mobile banking mencatat pertumbuhan lebih kencang dibanding volume transaksinya. Ini mencerminkan semakin tinggi nilai transaksi mobile banking yang dilakukan oleh masyarakat. Berdasarkan data BI, volume transaksi SMS ataupun mobile banking meningkat 130,08% menjadi 2,86 miliar kali pada 2019 dari 1,24 miliar kali transaksi pada 2014. Sementara nilai transaksi SMS ataupun mobile banking tumbuh 250% menjadi Rp 2.328,7 triliun pada 2019 dibanding Rp 663,5 triliun pada 2014. Demikian pula pertumbuhan transaksi internet banking lebih kencang dibanding volume transaksinya. Volume transaksi internet banking tumbuh 45,73% menjadi 2,24 miliar kali dibanding 1,56 miliar kali transaksi. Sementara nilai transaksinya tumbuh 82,78% menjadi Rp 20.241 triliun pada 2019 dari Rp 11.074,14 triliun pada 2014.
Baca Juga: Startup Wahyoo raih pendanaan seri A sebesar US$ 5 Juta Dari sisi produk, juga semakin berkembang cepat mulai dari perusahaan yang menyediakan transaksi pembayaran seperti OVO dan Gopay, point-of-sale seperti Moka Pos, manajemen investasi seperti Stockbit, crowdfunding seperti Kitabisa, hingga pemberian pinjaman seperti Koinworks dan Amartha. Nilai transaksi uang elektronik mencatat pertumbuhan paling kencang dibanding dengan transaksi lainnya. Pada 2019, nilai transaksi uang elektronik tumbuh 307,56% menjadi Rp 47,2 triliun dan sepanjang 2014-2018 tumbuh lebih dari 1.300%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi