Risiko di pasar keuangan masih tinggi, investasi ini bisa jadi pilihan di 2019



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah sentimen negatif berpotensi menekan kinerja pasar saham dan obligasi Indonesia di sepanjang tahun 2019. Beberapa instrumen alternatif bisa dijadikan pilihan oleh investor agar terhindar dari risiko penurunan kinerja pasar.

Direktur Utama Indo Premier Investment Diah Sofianti menyampaikan, kelanjutan perang dagang antara AS dan China bisa menjadi sentimen negatif yang mempengaruhi pasar keuangan domestik di tahun ini. Selain itu, kenaikan suku bunga acuan AS juga bisa menimbulkan gejolak walau frekuensinya berkurang.

Direktur Utama BNI Asset Management Reita Farianti menambahkan, risiko bagi pasar keuangan Indonesia juga berasal dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2019 yang diprediksi lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.


Hal ini didorong oleh beberapa faktor, seperti pelemahan di sektor investasi asing secara langsung dan ekspektasi pelemahan harga komoditas yang menjadi tulang punggung ekspor Indonesia.

Di tengah masih adanya sejumlah risiko di pasar keuangan dalam negeri, Reita menyebutkan, obligasi ritel bisa menjadi instrumen alternatif untuk dikoleksi para investor. Sebab, posisi kuponnya diprediksi akan lebih tinggi dari yield surat utang negara (SUN) untuk beberapa seri tertentu.

“Investor juga masih bisa memperoleh potensi kenaikan kupon apabila terjadi kenaikan suku bunga,” tambahnya, Sabtu (29/12).

Sementara buat investor institusi, Kontrak Investasi Kolektif (KIK) Efek Beragun Aset (EBA) dapat menjadi pilihan alternatif pada tahun ini. Selain diprediksi memberikan imbal hasil menarik, pengelolaan risiko KIK EBA juga lebih terukur dibandingkan instrumen surat utang lainnya.

Diah menambahkan, di luar instrumen yang tersedia di pasar modal, investor juga bisa memanfaatkan emas sebagai pilihan investasi yang relatif lebih aman pada tahun ini. “Kurs rupiah masih berpeluang mengalami peningkatan volatilitas sepanjang tahun ini,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat