Risiko di pasar obligasi meningkat, nilai penawaran yang masuk di lelang SUN mengecil



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meningkatnya risiko di pasar obligasi Indonesia dalam beberapa pekan terakhir membuat nilai penawaran masuk pada lelang surat utang negara (SUN) hari ini menurun.

Berdasarkan keterangan Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu, nilai penawaran masuk pada lelang SUN kali ini tercatat sebesar Rp 32,95 triliun. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan lelang SUN dua pekan sebelumnya yaitu sebesar Rp 41,76 triliun.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, minat investor tampak berkurang untuk mengikuti lelang SUN setelah sejumlah sentimen negatif menghantui pasar obligasi akhir-akhir ini. Di antaranya tren pelemahan rupiah hingga memanasnya perang dagang antara AS dan China. Hasilnya, yield SUN juga bergerak naik.


“Karena pasar kurang kondusif, investor banyak yang meminta yield lebih tinggi dari posisi aslinya,” kata dia, hari ini.

Hal tersebut terlihat dari seri FR0078 yang memiliki yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan sebesar 7,98%. Padahal, hari ini yield seri tersebut baru berada di level 7,94%.

Walau begitu, investor tampak masih berani untuk mengoleksi seri-seri tenor panjang. Terbukti, seri FR0068 yang jatuh tempo pada 15 Maret 2034 mampu memperoleh penawaran masuk mencapai Rp 6,18 triliun.

Josua berkomentar, hal tersebut lebih dikarenakan efek dari kebijakan moneter The Federal Reserves yang memperkecil ruang kenaikan suku bunga acuan AS. “Jadi investor sudah mulai bersiap memaksimalkan potensi return dari seri tenor panjang sebelum suku bunga acuan benar-benar turun,” ujarnya.

Terlepas dari penurunan nilai penawaran yang masuk pada lelang hari ini, pemerintah masih mampu menyedot dana mencapai Rp 21,57 triliun. Angka ini lebih tinggi ketimbang target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp 15 triliun.

Menurut Josua, masih tingginya kebutuhan untuk pembiayaan APBN dan pembayaran utang jatuh tempo membuat pemerintah tetap berusaha menyerap dana dari lelang SUN dalam jumlah besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat