KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Perekonomian domestik Indonesia tahun ini akan sangat dipengaruhi oleh berbagai tantangan dari risiko global dan pasar global. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, salah satu yang paling sentral adalah berkaitan dengan perang dagang atau trade war 2.0 yang akan dipicu oleh kebijakan tarif impor yang akan diterapkan oleh Trump dalam menjalankan pemerintahannya di Amerika Serikat. Seiring dengan itu, berlanjutnya risiko geopolitik, baik dari Timur Tengah, dan juga geopolitik antara China dan Taiwan, serta antara Amerika Serikat (AS) dengan BRICS yang juga terlibat dalam pembentukan modal tetap bruto atau investasi. “Ekonomi Indonesia paling sensitif terhadap dua negara, baik China dan juga Amerika Serikat, ya ini baik dari sisi indikator PDB-nya dan juga dari sisi current account dan juga dari sisi penerimaan negaranya,” ungkap Josua. Baca Juga: Indonesia Diramal Bakal Terkena Dampak Signifikan dari Tarif Perdagangan Trump Pertumbuhan ekonomi Tiongkok menjadi penting bagi Indonesia, mengingat Tiongkok merupakan mitra utama terbesar bagi Indonesia karena lebih dari 20% hingga 25% dari total ekspor Indonesia khususnya ke Tiongkok, sehingga tahun ini pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang diperkirakan akan melambat dan berlanjut hingga tahun depan sehingga perlambatan perekonomian Tiongkok ini tentunya akan bisa berdampak pada permintaan ekspor barang Indonesia, terutama komoditas Indonesia seperti itu CPO, batubara. “Hal ini tentunya akan dapat mempengaruhi juga kinerja perdagangan Indonesia baik itu khususnya kinerja ekspor Indonesia sehingga beberapa kondisi dari global yang akan mempengaruhi kondisi ekonomi domestik,” ungkap Josua. Selain perang dagang, faktor lain yang mempengaruhi perekonomian domestik adalah pergerakan nilai tukar rupiah yang berkaitan dengan suku bunga Bank Sentral Global, khususnya pasca terpilihnya Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Baca Juga: IHSG Terjun 1,66% di Sesi Pertama, Ini Rekomendasi Saham dan Catatan Analis Josua menilai dinamika tren nilai tukar rupiah di tahun lalu sesuai dengan perkiraan awal, di mana rupiah bergerak cenderung lemah sejalan juga dengan risiko sentimen akibat lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama dari kondisi global dan juga geopolitik global di Timur Tengah sehingga terdapat kecerungan rupiah ataupun penguatan dollar secara global.
Risiko Global Hingga Pelemahan Rupiah Pengaruhi Ekonomi Domestik Tahun Ini
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Perekonomian domestik Indonesia tahun ini akan sangat dipengaruhi oleh berbagai tantangan dari risiko global dan pasar global. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, salah satu yang paling sentral adalah berkaitan dengan perang dagang atau trade war 2.0 yang akan dipicu oleh kebijakan tarif impor yang akan diterapkan oleh Trump dalam menjalankan pemerintahannya di Amerika Serikat. Seiring dengan itu, berlanjutnya risiko geopolitik, baik dari Timur Tengah, dan juga geopolitik antara China dan Taiwan, serta antara Amerika Serikat (AS) dengan BRICS yang juga terlibat dalam pembentukan modal tetap bruto atau investasi. “Ekonomi Indonesia paling sensitif terhadap dua negara, baik China dan juga Amerika Serikat, ya ini baik dari sisi indikator PDB-nya dan juga dari sisi current account dan juga dari sisi penerimaan negaranya,” ungkap Josua. Baca Juga: Indonesia Diramal Bakal Terkena Dampak Signifikan dari Tarif Perdagangan Trump Pertumbuhan ekonomi Tiongkok menjadi penting bagi Indonesia, mengingat Tiongkok merupakan mitra utama terbesar bagi Indonesia karena lebih dari 20% hingga 25% dari total ekspor Indonesia khususnya ke Tiongkok, sehingga tahun ini pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang diperkirakan akan melambat dan berlanjut hingga tahun depan sehingga perlambatan perekonomian Tiongkok ini tentunya akan bisa berdampak pada permintaan ekspor barang Indonesia, terutama komoditas Indonesia seperti itu CPO, batubara. “Hal ini tentunya akan dapat mempengaruhi juga kinerja perdagangan Indonesia baik itu khususnya kinerja ekspor Indonesia sehingga beberapa kondisi dari global yang akan mempengaruhi kondisi ekonomi domestik,” ungkap Josua. Selain perang dagang, faktor lain yang mempengaruhi perekonomian domestik adalah pergerakan nilai tukar rupiah yang berkaitan dengan suku bunga Bank Sentral Global, khususnya pasca terpilihnya Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Baca Juga: IHSG Terjun 1,66% di Sesi Pertama, Ini Rekomendasi Saham dan Catatan Analis Josua menilai dinamika tren nilai tukar rupiah di tahun lalu sesuai dengan perkiraan awal, di mana rupiah bergerak cenderung lemah sejalan juga dengan risiko sentimen akibat lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama dari kondisi global dan juga geopolitik global di Timur Tengah sehingga terdapat kecerungan rupiah ataupun penguatan dollar secara global.