Risiko Ketidakpastian Global Naik, Rupiah Lanjutkan Pelemahan pada Rabu (17/5)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) lanjut melemah 0,39% ke level Rp 14.878 pada perdagangan Rabu (17/5), dari Rp 14.820 pada penutupan hari sebelumnya.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, sebagai safe haven, dolar AS diburu seiring dengan meningkatnya risiko ketidakpastian.

Presiden AS Joe Biden dan anggota kongres utama dari Partai Republik Kevin McCarthy semakin dekat dengan kesepakatan untuk mengerek plafon utang AS, tetapi belum ada yang tercapai. Biden memperingatkan bahwa default apa pun akan menyebabkan ekonomi dalam resesi.


"Investor khawatir dampaknya secara global akan negatif sehingga melihat dolar AS sebagai tempat berlindung yang aman," kata Ibrahim dalam keterangan tertulisnya, Rabu (17/5). 

Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Melemah 0,44% ke Rp 14.875 per Dolar AS, Rabu (17/5)

Selain itu, harapan untuk pemangkasan suku bunga The Fed dalam waktu dekat diredam oleh peningkatan belanja konsumen AS yang solid pada bulan April 2023. Sebelumnya, sejumlah pejabat The Fed juga mengemukakan komentar bernada hawkish.

Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee mengatakan, terlalu dini untuk membicarakan penurunan suku bunga. Kemudian, Presiden Fed Cleveland Loretta Mester menyampaikan, suku bunga belum dapat stabil karena tingkat inflasi masih membandel.

Dari domestik, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 berada di kisaran 5,3%-5,7%. Hal itu tertuang dalam Kerangka Ekonomi Makro (KEM) dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (PPKF) tahun 2024. 

Ibrahim menilai, target tersebut terlalu tinggi dan kurang realistis. Kondisi perekonomian tahun depan memang akan lebih baik dari tahun ini karena pemilihan umum (pemilu) akan meningkatkan belanja pemerintah dan konsumsi domestik.

Meskipun begitu, gejolak perekonomian yang terjadi pada tahun ini masih mungkin berbekas hingga tahun depan.

Baca Juga: Rupiah Spot Melemah 0,33% ke Rp 14.869 Hari Ini (17/5) Sejalan Dengan Mata Uang Asia

"Di sisi lain, gelaran pemilu cenderung membuat para investor dan pengusaha menunggu sehingga mungkin terjadi perlambatan realisasi investasi," ucap Ibrahim. 

Perkiraan bahwa pertumbuhan ekonomi tahun ini dapat berada di 5% membuat adanya peluang pada tahun depan untuk tumbuh di atas 5%. Akan tetapi, target pertumbuhan ekonomi hingga 5,7% dinilai terlalu ketinggian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi