KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Moody’s Investors Service merilis laporan pada Rabu (11/9) yang menjelaskan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di kawasan Asia Pasifik kecuali China, merupakan sumber Risiko kontijensi (contingent risk) atau ketidakpastian mengenai perolehan laba atau rugi pada neraca pemerintah. Risiko tersebut timbul dari liabilitas yang ditanggung oleh BUMN, termasuk dalam hal ini utang. Risiko kontijensi muncul ketika pemerintah menjamin utang BUMN atau dari operasi kuasi fiskal dimana pemerintah memberi subsidi anggaran atau jaminan pemerintah. Dalam risetnya, beberapa BUMN Indonesia yang dicermati Moody’s adalah PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), dan PT Indofarma Tbk (INAF). Menurut Moody’s enam emiten pelat merah ini mencatatkan biaya kristalisasi kewajiban yang walaupun tidak besar tapi tidak bisa diabaikan.
Risiko kontijensi membayangi emiten BUMN, begini penjelasan dan rekomendasi analis
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Moody’s Investors Service merilis laporan pada Rabu (11/9) yang menjelaskan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di kawasan Asia Pasifik kecuali China, merupakan sumber Risiko kontijensi (contingent risk) atau ketidakpastian mengenai perolehan laba atau rugi pada neraca pemerintah. Risiko tersebut timbul dari liabilitas yang ditanggung oleh BUMN, termasuk dalam hal ini utang. Risiko kontijensi muncul ketika pemerintah menjamin utang BUMN atau dari operasi kuasi fiskal dimana pemerintah memberi subsidi anggaran atau jaminan pemerintah. Dalam risetnya, beberapa BUMN Indonesia yang dicermati Moody’s adalah PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), dan PT Indofarma Tbk (INAF). Menurut Moody’s enam emiten pelat merah ini mencatatkan biaya kristalisasi kewajiban yang walaupun tidak besar tapi tidak bisa diabaikan.