Risiko kredit menengah komersial bank besar masih tinggi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Risiko kredit menengah komersial bank besar masih tinggi. Hal ini bisa dilihat dari realisasi kinerja bank yang sudah merilis laporan keuangan semester I-2018.

Dari bank besar yang sudah merilis laporan keuangan Juni 2018 yaitu PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) ada data yang cukup menarik soal kredit komersial.

Bank Mandiri sebagai bank terbesar kedua di Indonesia, mencatat rasio kredit bermasalah (NPL) middle korporasi 10,55% atau lebih tinggi dari kuartal I-2018 yang sebesar 10,48%.


Seiring dengan kenaikan kredit bermasalah sektor middle korporasi, Bank Mandiri juga mengerem kredit di sektor ini. Hal ini ditunjukkan dengan kredit middle korporasi yang turun 8,8% year on year pada semester I-2018.

BNI juga mencatat risiko kredit menengah cukup tinggi meskipun angka NPLnya masih di bawah Industri. NPL BNI di kredit menengah sebesar 2,7%.

Sementara BTN mencatat NPL di sektor komersial sebesar 6,62% meskipun angkanya menurun dibandingkan periode sama 2017 9,28%. Kredit komersial BTN ini hanya menyumbang 7,33% dari keseluruhan kredit bank.

Ronny Venir, SEVP Bisnis Menengah BNI mencatat NPL segmen menengah di kuartal II-2018 sebesar 2,7%.

"Ini mengalami perbaikan signifikan dibanding periode kuartal I-2018 yang sebesar 3,1%," kata Ronny kepada kontan.co.id, Senin (23/7).

Penurunan NPL menengah ini karena beberapa debitur yang menyelesaikan kewajiban kreditnya. Selain itu BNI juga berhasil merestrukturisasi kredit sehingga NPL bisa naik status menjadi kredit kolektabilitas dua.

Pada semester II-2018, BNI akan fokus ke penanganan NPL dan kredit kolektabilitas 2 dengan membentuk tim khusus di masing-masing wilayah. Disamping itu dalam pelaksanaan ekspansi, BNI akan lebih selektif agar kualitas kredit bisa lebih sehat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi