KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit perbankan ke sektor UMKM kian menghadapi tantangan. Masih adanya risiko kredit macet yang tinggi berdampak pada melambatnya aliran kredit ke sektor tersebut. Hal ini tercermin dari data rasio Non Performing Loan (NPL) UMKM per September 2024 yang tercatat di level 4%. Ini lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun sebelumnya di level 3,88%. Di periode yang sama, penyaluran kredit UMKM perbankan tercatat sebesar Rp1.495,94 triliun atau dapat tumbuh positif yaitu sebesar 5,04% yoy. Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan September 2023 yang mampu tumbuh 8,34% yoy.
Baca Juga: Pemerintah Kucurkan Rp 34,41 Triliun Bansos Sembako untuk 18,71 Juta Jiwa Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae membenarkan kondisi tersebut menyebabkan perbankan lebih berhati-hati ketika akan menyalurkan kredit kepada pelaku UMKM. Ia bilang risiko kredit UMKM saat ini masih cukup tinggi dibandingkan kredit non-UMKM. Ini mengingat pelaku UMKM didominasi oleh masyarakat kelas menengah ke bawah serta kecenderungan perekonomian saat ini mengarah pada
capital intensive seiring dengan pemanfaatan teknologi informasi pada berbagai aspek bisnis. “Masuknya produk impor ilegal yang biasanya menawarkan harga lebih murah juga memberikan tekanan terhadap bisnis UMKM,” ujar Dian, Jumat (15/11). Meski demikian, Dian melihat pada tahun mendatang, dukungan industri perbankan terhadap pertumbuhan UMKM dinilai tetap akan optimis. Menurutnya, ini akan tercermin dari proyeksi rencana bisnis yang meningkat setiap tahunnya. Ia juga optimistis berbagai pihak, termasuk Pemerintah, OJK, perbankan, maupun
stakeholders lainnya, akan terus memberikan berbagai dukungan dalam mendorong pertumbuhan UMKM yang merupakan salah satu aspek penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. “OJK juga akan mendorong Perbankan untuk dapat menyalurkan kredit UMKM dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik,” tambah Dian. General Manager Divisi Bisnis Usaha Kecil Bank PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Sunarna Eka Nugraha pun mengungkapkan saat ini, NPL di segmen UMKM memang mengalami peningkatan, termasuk di BNI.
Baca Juga: Rapimnas Kadin Digelar 29 November, Bahas Keorganisasian Hingga Astacita Prabowo Untuk mengatasi hal ini, ia bilang pihaknya telah mengambil langkah-langkah strategis seperti monitoring intensif terhadap nasabah berisiko, serta menawarkan restrukturisasi kredit bagi mereka yang terdampak namun masih memiliki prospek usaha yang baik. Sebagai informasi, peningkatan NPL BNI tampak di segmen usaha kecil. Dari September 2023 di level 3,5% naik menjadi 4,3% di September 2024. Dampaknya, kredit BNI ke sektor usaha kecil mengalami penurunan hingga September 2024. Nilainya merosot 11,6% YoY menjadi Rp 77,3 triliun, termasuk program KUR. “Meskipun risiko kredit meningkat, BNI tetap berkomitmen menyalurkan kredit dengan lebih selektif, fokus pada sektor unggulan melalui strategi
market targeting,” ujar Sunarna. Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang dikenal sebagai bank UMKM juga tak terhindar dari adanya pemburukan kualitas kredit. Misalnya, NPL di segmen usaha mikro yang secara tahunan naik dari 2,41% menjadi 3,03% di September 2024. Hal ini juga membuat kredit UMKM BRI terutama di segmen mikro mengalami perlambatan. Per September 2024 hanya tumbuh 3,3% YoY, padahal di September 2023 bisa tumbuh hingga 10,9% YoY. Meskipun demikian, Direktur Utama BRI Sunarso menegaskan bahwa di situasi apa pun, dengan risiko kredit yang tinggi, BRI tetap akan berfokus pada kredit UMKM. Di mana, pihaknya tetap akan menjaga porsi kredit UMKM milik BRI. Ia bercerita bahwa sebelum dirinya menjadi bos BRI, porsi UMKM hanya di kisaran 75% hingga 78%. Namun, setelah ia menjabat sebagai Direktur Utama BRI, porsi kredit UMKM BRI ada di atas 80%.
Baca Juga: Bunga Fintech Akan Turun, Tapi Hanya Berlaku Di Pinjol Legal OJK Berikut “Maka saya bilang minimal kredit UMKM kami tetap di 80%, karena kita juga pernah di level 83%,” ujar Sunarso.
Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan turut menegaskan bahwa saat ini pihaknya juga tetap akan fokus pada pertumbuhan kredit UMKM. Sebab, ia menilai potensi tumbuhnya masih besar. Ia menyebutkan saat ini kredit CIMB Niaga untuk sektor UMKM mampu tumbuh sekitar 9%. Di mana, ia juga mengklaim bahwa kualitas asetnya masih stabil. “Kami masih tetap fokus di UMKM melihat potensi pertumbuhan yang masih baik,
asset quality terjaga karena proses analisa kredit yang memadai,” ujar Lani. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .