Risiko membayangi peluang kenaikan cadev



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia hingga akhir Juni 2017 sebesar US 123,09 miliar. Jumlah itu turun US$ 1,86 miliar dibanding posisi akhir bulan sebelumnya yang sebesar US$ 124,95 miliar.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memperkirakan, posisi cadev masih akan naik hingga akhir tahun, meski kurs rupiah sejak Senin (3/7) hingga Jumat (7/7) mengalami pelemahan.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), kurs rupiah Senin lalu berada di level Rp 13.325 per dollar AS. Sementara di Jumat, kurs rupiah di hadapan mata uang Negeri Paman Sam tersebut berada di level Rp 13.397 per dollar AS.


Bhima bilang, peningkatan cadev tersebut salah satunya dipengaruhi oleh salah satu strategi pembiayaan pemerintah melalui penerbitan SBN berdenominasi euro (euro bond) yang hingga saat ini belum juga direalisasikan.

Tak hanya itu, cadev Indonesia ke depan masih akan terbantu oleh arus modal asing yang masuk (capital inflow) dari kenaikan peringkat surat utang dari Standard and Poor's (S&P) menjadi layak investasi (invstment grade).

Meski demikian, Bhima bilang, sejumlah kondisi masih perlu diwaspadai. Pertama, rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed yang belum jelas besarannya di semester kedua tahun ini dan normalisasi neraca The Fed.

Kedua, arah kebijakan Amerika Serikat (AS) pasca pertemuan G-20 di Jerman apakah tetap mempertahankan proteksionisme atau mengubah rencana itu. Ketiga, pemangkasan produksi minyak mentah dan penambahan produksi minyak AS juga akan mempengaruhi harga minyak mentah dunia. Hal ini bisa berdampak pada nilai tukar.

Bhima bilang, rupiah berpotensi melemah ke kisaran Rp 13.400-Rp 13.500 per dollar AS. "Kemungkinan September sampai Oktober menjadi waktu yang paling krusial untuk kurs rupiah," kata dia kepada KONTAN, Jumat (7/7).

Meski demikian menurutnya, jika kurs rupiah bisa dijaga di level Rp 13.300 per dollar AS posisi cadev Indonesia di akhir tahun masih bisa berada di level US$ 127 miliar-US$ 130 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia