Risiko meningkat, investasi obligasi korporasi masih menarik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan pandemic Covid-19 terhadap kemampuan perusahaan menunaikan kewajiban utang masih terasa. Meski begitu, investasi obligasi korporasi masih memberi prospek cerah.

Obligasi korporasi masih menarik menjadi pengisi portofolio investasi karena memberikan imbal hasil lebih tinggi ketimbang obligasi pemeritah bertenor sama. “Ini dapat menjadi kicker tambahan bagi kinerja portofolio,” kata Ezra Nazula, Director & Chief Investment Officer, Fixed Income Manulife Aset Manajemen Indonesia.

Selain itu, obligasi korporasi juga bisa menangkap upside dari potensi penurunan yield. Apalagi, suku bunga acuan Indonesia diprediksi masih akan turun. Alhasil, yield obligasi masih bisa turun.


Sekadar info, investasi obligasi korporasi memberi keuntungan cukup besar tahun ini. Menilik pergerakan indeks INDOBeX Corporate Total Return besutan IBPA, rerata return investasi obligasi tahun ini mencapai 10,79%.

Meski begitu, Ezra mengingatkan investor harus memperhatikan risiko gagal bayar pada obligasi korporasi. Ini dapat terjadi apabila kondisi keuangan emiten tidak sehat. Untuk memitigasi risiko ini, investor sebaiknya melakukan analisa fundamental saat memilih obligasi korporasi.

Asal tahu saja, outlook peringkat utang dari banyak emiten di dalam negeri masih negatif. Bahkan, banyak juga emiten yang peringkat utangnya merosot.

Ambil contoh, Rabu (23/12), Moody’s Investors Service menurunkan peringkat utang grup korporasi PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) dari Ba3 menjadi B1. Outlook rating utang tersebut ditetapkan negatif.

Moody’s juga menurunkan rating surat utang yang diterbitkan Golden Legacy Pte Ltd senilai US$ 150 juta. Senior notes ini dijamin oleh Sritex dan anak usaha.

Selain itu, Moody’s menurunkan senior unsecured notes yang diterbitkan SRIL dan akan jatuh tempo pada 2025 nanti. Peringkat kedua surat utang tersebut turun dari Ba3 menjadi B1.

Moody’s menilai kondisi yang menantang masih terjadi di negara-negara yang menjadi pasar SRIL. Ini akan menghambat operasional SRIL. “Penurunan rating utamanya mencerminkan struktur utang dan posisi likuiditas Sritex yang melemah,” tulis Stephanie Cheong, analis Moody’s dalam riset, Rabu (23/12).

Sebelumnya, Moody’s juga mempertahankan outlook untuk surat utang PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) sebagai negatif. Rating utang emiten property ini B3.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Harris Hadinata