Risiko Pasar Saham Meningkat, Ini Rekomendasi Saham Jagoan BRI Danareksa Sekuritas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. BRI Danareksa Sekuritas memiliki dua skenario dalam proyeksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sampai akhir tahun. Pertama, yakni skenario bullish dimana target indeks IHSG mencapai 7.320. 

Target ini dapat dicapai apabila target IHSG di level 7.000 tercapai, didasarkan pada price to earnings (P/E) sebesar 13,3 kali dengan tingkat risiko yang diprediksi akan tetap tinggi.

Tingkat risiko yang tinggi ini ditandai dengan imbal hasil obligasi 10 tahun di level 7%, nilai tukar rupiah yang melemah pada kisaran Rp 15.500 sampai Rp 16.000 per dolar AS, dan dengan asumsi harga minyak berada pada level yang tinggi, yakni pada kisaran US$ 90 per barel sampai US$ 95 per barel.


Namun, jika tingkat risiko mengalami normalisasi, Analis BRI Danareksa Sekuritas Erindra Krisnawan meyakini faktor prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang solid bisa mendorong pasar saham Indonesia. Jika terwujud, katalis ini dapat mendorong valuasi P/E IHSG ke 13,8 kali, yang pada akhirnya mampu mendorong IHSG ke level 7.320.

Baca Juga: IHSG Merosot 1,57% ke Level 6.741 pada Penutupan Perdagangan Senin (23/10)

Di sisi lain, jika  tingkat risiko terus meningkat, Erindra memperkirakan pasar akan menurunkan valuasi IHSG menjadi sebesar 12,8 kali, yang membawa target IHSG pada akhir tahun hanya sebesar 6.760.

Erindra mencatat, koreksi IHSG yang mencapai 1,1% pada kurun waktu 16 Oktober sampai 20 Oktober telah menurunkan P/E IHSG menjadi 13,1 kali. Bersamaan, pasar saham negara berkembang di regional Asia juga mengalami koreksi serupa. 

Namun, valuasi IHSG menjadi sedikit lebih menarik dibandingkan negara-negara peers dengan rata-rata pertumbuhan P/E sebesar 13,6 kali dan earnings per share (EPS) sebesar 9%.

“Menurut kami, katalis utama pasar adalah stabilitas nilai tukar rupiah pasca kenaikan suku bunga terbaru Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin (bps),” terang Erindra, Senin (23/10).

Dampak pelemahan nilai tukar rupiah dinilai Erindra hanya akan terasa dalam jangka menengah, sekitar enam bulan. Ini akan berdampak pada emiten-emiten yang memiliki paparan terhadap bahan baku impor, seperti sektor barang konsumsi, farmasi, dan poultry (unggas).

Baca Juga: Saham Milik Para Politisi Tersengat Sentimen Pilpres

Dus, seiring risiko yang tinggi kemungkinan besar akan menyelimuti pasar ekuitas global di kawasan Asia Tenggara, Erindra tetap menjadikan sektor telekomunikasi, migas, dan batubara sebagai pilihan utama alias top picks.  

Pilihan utama BRI Danareksa Sekuritas adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Indosat Ooredoo Hutchison  Tbk (ISAT), dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM).

 
GGRM Chart by TradingView

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi