KONTAN.CO.ID - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku masih ada risiko untuk bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun depan sebesar 5,4% tahun depan. Namun pihaknya mengaku akan terus memonitor risiko-risiko itu. Sri Mulyani mengaku, pemerintah akan melihat secara hati-hati dan teliti seluruh faktor penyumbang pertumbuhan ekonomi tersebut. Sebab, setiap pos pengeluaran memiliki peluang meleset dari target. "Karena ini kan bukan suatu yang sifatnya exact (tepat) ya," kata Sri Mulyani usai konferensi pers di kantornya, Senin (21/8).
Dalam Nota Keuangan Rancangan APBN (RAPBN), porsi terbesar pertumbuhan ekonomi tahun depan masih diisi oleh konsumsi rumah tangga. Namun, pertumbuhan tertinggi ditargetkan berasal dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi sebesar 6,3%. Angka itu jauh lebih tinggi dari pertumbuhan investasi tahun ini yang sebesar 5,4%. Sri Mulyani bilang, risiko dari sisi investasi misalnya berasal dari sektor perbankan, khususnya pertumbuhan kredit. Sebab, realisasi pertumbuhan kredit hingga pertengahan tahun ini masih rendah. Kredit perbankan lanjut dia, juga akan sangat tergantung pada optimisme dunia usaha sehingga mau menarik pinjaman untuk modal kerja dan investasi. "Dan juga kapasitas dari perbankan sendiri untuk bisa mendukung pertumbuhannya," tambah dia. Kemudian, komponen konsumsi rumah tangga yang ditargetkan tumbuh 5,1% di tahun depan, stabil dari pertumbuhan tahun ini. Menurut Sri Mulyani, beberapa hal masih perlu diwaspadai karena bisa mempengaruhi komponen ini, seperti indikator daya beli yang dipengaruhi inflasi dan optimisme masyarakat sendiri.
Selain itu, komponen ekspor tahun depan yang ditargetkan sebesar 5,1%, lebih tinggi dari tahun ini yang sebesar 4,8%. Sri Mulyani juga mengatakan, kinerja ekspor juga masih akan dipengaruhi faktor eksternal, terutama pertumbuhan ekonomi regional. Di satu sisi, China dan Jepang masih akan tetap menjaga pertumbuhan ekonominya. Namun di sisi lain, ketegangan politik yang terjadi di Korea Utara atau Laut China Selatan akan menyebabkan terganggunya lalu lintas dari barang. Walaupun India diperkirakan masih akan tumbuh tinggi. "Ini semua yang harus terus kami monitor pergerakannya seperti apa. Di satu sisi opportunity yang baru seperti apa dan bagaimana kami bisa mendukung dengan policy-policy yang lain," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto